Lihat ke Halaman Asli

Manusia Zaman Batu, Budaya Traveling dan Instagram Kita

Diperbarui: 2 Januari 2021   16:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar didesain by: Muhammad Ali (Kafeinbuku)


Dengan maraknya penggunaan aplikasi  semacam Instagram, Youtube, Facebook dan semisalnya, Orang-orang berlomba-lomba untuk bisa into the wild, menyatu dengan alam, bersua foto dan berbagi video perjalanan mereka melewati lembah, gunung, ceruk, tebing, pantai dan tempat-tempat yang sangat indah dan hal-hal yang menyenangkan tersebut di sosial media mereka. Apa yang dilakukan manusia modern tersebut, pula telah dilakukan oleh manusia zaman batu dalam siklus hidup mereka. Artinya, apa yang kamu lakukan hari ini, tidaklah sendiri, manusia zaman batu pun melakukan hal serupa. Cuma bedanya adalah mereka tidak membagikan tracking life mereka di sosial media (sebab pada masa itu, manusia masih belum mengenal alat elektronik, lebih-lebih lagi internet).

Dalam beberapa jurnal ilmiah menunjukkan bahwa manusia telah melakukan perjalanan ke hampir pelosok dunia untuk bisa bertahan hidup dengan pola kehidupan yang mereka anggap ideal di masa itu. Jejak manusia telah melakukan perjalanan (the Walker) adalah dengan ditemukannya fosil manusia purba zaman batu di Afrika. Inilah titik terang jejak manusia di seluruh penjuru dunia.

Diperkirakan jejak manusia melakukan perjalanan dari Afrika tersebut ke Asia utamanya masuk ke arab memakan waktu sekitar 70.000 - 50.000 tahun dan terus melakukan perjalanan dari Asia Selatan memakan 50.000 tahun hingga 30.000 tahun. Dan ke Asia Tenggara sekitar  kurun waktu yang hampir bersamaan. Masuk ke Eropa perjalanannya hingga 20.000 sampai 15.000 tahun. Masuk ke Amerika Utara dan Amerika Selatan sekitar 15.000 tahun hingga 10.000 tahun. Selama periode tersebut, manusia purba kemudian mengalami banyak hal dalam hidupnya, mulai dari perubahan iklim hingga pola hidup yang berangsur-angsur berubah.

Apa yang Kemudian memotivasi manusia zaman batu melakukan perjalanan? Apakah untuk kepentingan followers Instagram? subscribers? Tentu saja tidak. Ada tiga alasan mengapa manusia melakukan perjalanan mereka hingga bermile-mile jauhnya:

Pertama; Perburuan.

Pada fase ini, manusia melakukan perjalanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, utamanya makan. Dengan pola kehidupan yang masih memungkinkan manusia untuk berburu, manusia mulai melakukan perjalanan yang jauh-jauh untuk mendapatkan asupan makanan tersebut. Berburu hewan-hewan yang bisa dimamahnya dengan gurih susah barang tentu adalah pilihan bagaimana pola berburu tersebut mensyaratkan untuk bertahan hidup.

Manusia pada fase ini, setidaknya membiarkan daya upayanya untuk mendapat hewan buruan yang dia mau dan memungkinkan untuk disantap bersama keluarga kecilnya. Dan berpindah-pindah untuk mendapatkan hewan buruan, bukan kemustahilan dilakukan. Berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain merupakan bagaimana proses pola perburuan tersebut berlangsung.

Kedua: Ancaman hewan buas dan gangguan kelompok pejalan lain.

Saat melakukan perburuan dan masih hidup dengan pola nomaden, manusia tidak bisa berkelit dari ancaman manusia dari kelompok pejalan lain dan ancaman dari hewan buas. Kehidupan hutan, lembah, rawa dan hidup di dalam goa-goa, bukan hanya menghadirkan bentuk petualangan sekaligus perjalanan yang apik, melainkan pula undangan dalam bentuk ancaman yang tak jarang bisa merenggut nyawa dan mencederai diri dan orang dari kelompok kecil. Ancaman-ancaman model seperti inilah yang kemudian menghendaki manusia berpindah dari satu tempat ke tempat lain yang dianggapnya lebih aman dan baik.

Ketiga: faktor alam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline