Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Andi Firmansyah

TERVERIFIKASI

Mahasiswa Ilmu Politik

Caraku Membuang Ingus tanpa Merusak Planet Ini

Diperbarui: 5 Februari 2024   18:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siklus hidup setiap lembar tisu meninggalkan jejak ekologis yang signifikan | Ilustrasi oleh Gustavo Fring via Pexels

Dua minggu lalu, mungkin efek musim hujan, saya terserang pilek dan menghabiskan banyak tisu untuk membuang ingus. Meskipun saya sudah sembuh, kepala saya kembali berdenyut sakit setelah mengetahui bahwa setiap lembar tisu saya turut berkontribusi pada deforestasi.

Bahkan ketika saya melakukannya, dan mungkin secara bersamaan Anda sedang mengelap noda kecil di meja atau menyeka mulut atau mengeringkan tangan, ribuan pohon di seluruh dunia sedang ditebang untuk "mengganti" tisu yang kita gunakan.

Tapi, sekalipun kita mengetahuinya, kebanyakan dari kita tetap memalingkan muka. Selain karena praktis dan murah, saya rasa tisu juga memenuhi keinginan kita yang lebih dalam untuk segera menyingkirkan masalah, demi kepuasan instan, berapa pun biayanya.

Hasilnya adalah limbah tisu terus melonjak. Berdasarkan data Statista, konsumsi tisu global pada tahun 2023 mencapai sekitar 44 juta ton, dan diperkirakan bakal meningkat setiap tahun selama dekade mendatang, mencapai 55 juta ton pada tahun 2032.

Di Indonesia, menurut data WWF Indonesia tahun 2018, konsumsi tisu melebihi 25 ribu ton. Angka ini terlihat kecil jika dibandingkan dengan sampah plastik atau sisa makanan, tapi masalahnya bukan itu. Satu ton tisu diproduksi dari setidaknya 17 pohon!

Dan kita masih harus banyak bertepuk jidat.

Bom waktu ekologis

Pada dasarnya, setiap tahap kehidupan tisu, mulai dari hutan hingga berakhir di TPA, meninggalkan jejak ekologis yang cukup besar. Mari kita ikuti siklus hidupnya.

Bahan baku tisu adalah bubur kertas (paper pulp), dan kita tahu bahwa kertas berasal dari pohon. Oksigen yang dihasilkan pohon memang kecil, tapi pohon memainkan peran penting dalam menyerap karbon dioksida. Ketika ditebang, karbon dioksida ini lepas kembali.

World Wide Fund for Nature (WWF) memperkirakan sekitar 270 ribu pohon ditebang setiap harinya untuk memproduksi tisu. Hal ini setara dengan membuang sekitar 95 juta pohon per tahun ke toilet atau tempat sampah.

Dari jumlah tersebut, sekitar 10 persen di antaranya merupakan kebutuhan tisu toilet. Jadi, sekitar 27 ribu pohon ditebang setiap harinya hanya untuk mengelap... Anda tahu. Beberapa warung makan kita bahkan menjadikan tisu toilet sebagai lap mulut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline