Apakah NASA memalsukan pendaratan di bulan? Apakah mereka menyembunyikan alien di Area 51? Apakah Bumi itu datar? Apakah pemanasan global adalah tipuan? Benarkah vaksin melumpuhkan orang? Apakah pandemi Covid-19 merupakan rekayasa elite global?
Jawaban untuk semua pertanyaan itu adalah "tidak", tapi teori konspirasi yang berseliweran di internet akan berargumen sebaliknya. Dan betapa pun anehnya itu, selalu ada orang yang mempercayai dan mempertahankannya sepenuh hati.
Teori konspirasi memang telah lama membuat manusia terpesona dan bingung. Kemunculan radio dan televisi, kemudian media sosial, terbukti cukup mengkhawatirkan dalam hal marak dan menjamurnya teori konspirasi.
Kini, ada alasan untuk percaya bahwa artificial intelligence (AI) akan semakin memperkeruh produksi dan penyebaran teori konspirasi. Kecepatan AI dalam menghasilkan disinformasi berkualitas tinggi amatlah luar biasa, misalnya melalui teknologi deepfake.
Teknologi semacam itu mungkin belum "sempurna", tapi sebetulnya kita tak perlu teknologi canggih untuk membuat orang percaya pada teori konspirasi. Kita hanya butuh kecepatan dan sesekali perbaikan manual, serta orang-orang fanatik yang tak suka dengan narasi mapan.
Artikel ini bakal mengeksplorasi beberapa alasan mengapa kita gampang percaya pada teori konspirasi, dan bagaimana kita dapat menepisnya di lain waktu. Namun pertama-tama, saya perlu memperjelas pengertian dan bahaya teori konspirasi itu sendiri.
Apa itu teori konspirasi?
Teori konspirasi tentu saja bukan "teori" dalam pengertian ilmiah. Dalam ilmu pengetahuan, teori adalah penjelasan tentang suatu fenomena yang telah dibuktikan lewat eksperimen dan pengujian, serta telah diterima oleh sebagian besar ahli di bidang terkait.
Sebaliknya, para penganut teori konspirasi menyatakan, tanpa mengumpulkan data yang kuat untuk membuktikan kepercayaan mereka, bahwa individu atau kelompok super power secara diam-diam berkomplot mengejar tujuan jahat.
Teori-teori ini mengajukan penjelasan alternatif untuk peristiwa atau fenomena penting, dan isinya sering kali bertentangan dengan cerita yang sudah diterima secara luas atau penjelasan resmi yang dibeberkan pihak berwenang.
Para penganut teori konspirasi biasanya mengklaim bahwa peristiwa sejarah, temuan ilmiah, atau perkembangan politik sengaja disalahartikan, dimanipulasi, atau disembunyikan untuk menipu publik. Inilah mengapa teori konspirasi sering terdengar bombastis.