Gadis Kecilku, tidak engkau lihat lagi keceriaan si Mungil Cenora ketika dia mengambil sesendok es krim dan menumpahkannya ke seluruh karpet kesayanganmu. Kala itu engkau balik tertawa alih-alih memarahinya seperti rupa malaikat yang menghibur sesamanya.
Dia melakukan hal yang sama meskipun umurnya telah mencapai 7 tahun. Aku tidak sesabar dirimu dan segera memarahinya, "Tidakkah kau mengerti bahwa mencuci karpet itu melelahkan?"
"Ini mengasyikkan," katanya.
Si Mungil Cenora tumbuh begitu cerdas dan sering bertanya-tanya tentang bintang Lucy. Dan bayangkan bahwa anak secerdas itu masih bertingkah konyol dengan menumpahkan es krim ke karpet hanya untuk kesenangan ... apa yang mengganggu pikirannya?
"Dalam setiap tetesan es krim yang membasahi karpet ini," tuturnya dengan cukup sendu, "ada senyum Ibu yang tak bisa dilihat oleh mata. Di sampingku, Ibu berbisik, 'Ya, tumpahkan saja, Nak. Itu memang mengasyikkan!' Tidakkah Ayah mengerti itu?"
Aku tertegun di hadapan karpet yang indah nan berlumuran cokelat, setengah percaya bahwa yang berbicara itu adalah putri mungilku yang bahkan belum tahu apa-apa soal intuisi. Benarkah kau ada di sana, Gadis Kecilku?
Biar kuajarkan si Mungil Cenora tentang kenyataan yang seada-adanya di mana engkau tidak pernah benar memikirkannya dan tidak pula keliru menjalaninya.
Jangan-jangan dia terjebak dalam imajinasinya bahwa engkau, Gadis Kecilku, masih bersemayam dalam rumah yang selalu sepi semenjak engkau meninggalkan kami? Apakah dia mengerti tentang artinya "melambaikan tangan untuk selama-lamanya?"
Apa makna dari ketiadaan? Apakah aku bisa memikirkan sesuatu tentang ketiadaan?
Aku terjebak dalam kegilaan dunia yang tiada henti menggempurku dari semua sudut. Di luar ada terlalu banyak kebodohan dari orang-orang yang membuang waktunya dengan tawa ria penuh omong kosong serta tak berguna.