Pada tahun 1960, peneliti di Universitas Stanford melakukan sebuah studi terkenal tentang mengapa menunda kepuasan itu bermanfaat. Dalam penelitian tersebut, anak-anak ditempatkan dalam sebuah ruangan dengan satu marshmallow di atas piring.
Mereka diberi instruksi sederhana: kamu bisa memakan marshmallow itu sekarang, atau menunggu 15 menit dan menerima dua marshmallow. Tentu secara keseluruhan, respons mereka berbeda-beda.
Beberapa anak tidak mempertimbangkan pilihan kedua dan langsung menyantap marshmallow tersebut. Sebagian lagi sempat menahan beberapa menit hingga akhirnya tidak tahan untuk memakannya. Dan sisa lainnya, mereka berhasil dengan pilihan kedua.
Bertahun-tahun kemudian, setelah anak-anak tersebut tumbuh dewasa, para peneliti kembali lagi untuk melihat bagaimana keadaan mereka di dunia orang dewasa. Dan apa yang mereka temukan sangat menakjubkan.
Anak-anak yang mampu menahan godaan marshmallow melakukan kehidupan yang lebih baik dalam hampir semua metrik: mereka mendapatkan nilai yang lebih baik di sekolah, menjalin hubungan harmonis, menghasilkan lebih banyak uang, dan lebih bahagia.
Penelitian tersebut telah berhasil memikat kita agar bisa menunda kepuasan kita saat ini dan menundanya untuk menjadi lebih besar di masa mendatang. Hanya saja kenyataannya, kita tidak terbiasa untuk itu.
Menurut "prinsip kesenangan" Freud, manusia diprogram untuk mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit. Tidak diragukan lagi, kesenangan adalah pusat kelangsungan hidup kita.
Itulah mengapa anak-anak suka mencari kepuasan instan. Mereka "terlepas" dari apa yang disebut prinsip sehingga mereka hanya peduli dengan dirinya yang sekarang.
Tapi ketika kita bertumbuh dewasa, keinginan tersebut bisa dilunakkan dengan prinsip "kenyataan", atau kemampuan manusia untuk mempertimbangkan risiko dengan imbalan, yang dengannya kita dapat menunda kepuasan alih-alih membuat keputusan buruk.
Seiring bertambahnya kedewasaan, kita perlahan mulai belajar menoleransi ketidaknyamanan dari kepuasan yang tertunda jika kita memiliki tujuan atau sasaran yang lebih besar dalam pikiran. Tapi bagaimanapun tetaplah sama: beberapa orang tidak punya kemampuan itu.