Ada banyak artikel yang berhamburan di internet tentang cara hidup sederhana, tetapi tidak satu pun dari mereka (sejauh saya membaca) yang memberitahu kita inti dari gaya hidup sederhana. Itulah mengapa penerapan gaya hidup sederhana terlihat sulit dan mustahil di era serba ada ini.
Apa yang mereka tuliskan hanyalah sekadar manifestasi dan keuntungan dari gaya hidup sederhana. Kemudian dibumbui dengan contoh kaum konglomerat yang punya kehidupan sederhana, berharap para pembaca bisa terinspirasi darinya. Menurut saya, bukan itu intinya.
Menilik dari bercecerannya artikel dan quote tentang gaya hidup sederhana, saya pikir ada satu dilematik yang menyulitkan banyak orang. Adalah kesalahpahaman mereka yang membuat penerapan gaya hidup sederhana sering menjadi impian belaka.
Di tengah kepongahan hedonisme seperti sekarang, banyak dari kita yang sadar betul bahwa gaya hidup sederhana teramat penting. Tetapi di sisi lain, keragu-raguan datang mencekiknya akibat pikiran mereka yang mengaitkan hidup sederhana dengan hidup berkekurangan.
Kenyataannya tidak begitu. Kita mesti membedakan antara hidup sederhana dan hidup miskin, sebab kesalahpahaman inilah yang membuat kita malah menderita saat menerapkan gaya hidup sederhana.
Sederhana berarti secukupnya, bersahaja, atau tidak melebih-lebihkan. Maka hidup sederhana bukan berarti hidup dalam kemiskinan seperti yang selama ini diasumsikan orang-orang, melainkan hidup dalam taraf wajar di samping gelimangnya harta-harta Anda.
Akan tetapi, apa yang dimaksud dengan "hidup dalam taraf wajar"? Apa parameter yang bisa kita gunakan untuk mengukur kewajaran sesuatu? Jawabannya sederhana, yaitu dengan memperlakukan segala sesuatu sesuai hakikatnya.
Kembali menuju hakikat
Dalam KBBI, hakikat berarti intisari atau dasar. Kata lain dari hakikat adalah esensi. Kendati demikian, saya lebih suka mengartikan hakikat sebagai kenyataan yang melekat pada sesuatu. Dan pada tulisan ini, hakikat juga bisa diartikan sebagai tujuan atau fungsi asali dari sesuatu.
Kaitannya dengan gaya hidup sederhana, kembali menuju hakikat berarti memperlakukan segala sesuatu sesuai kenyataan yang melekat padanya. Inilah inti dari gaya hidup sederhana: mengembalikan segala sesuatu pada hakikat asalinya.
Misal, hakikat dari sebuah bantal adalah alat penyangga kepala yang empuk agar tidur kita lebih nyaman. Maka hidup sederhana berarti memperlakukan bantal sesuai dengan hakikatnya.
Ketika Anda rewel ingin bantal warna pink dan bergambar hello kitty, maka itu sudah tergolong berlebihan.