Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Andi Firmansyah

TERVERIFIKASI

Mahasiswa Ilmu Politik

Pelajaran Berharga yang Saya Petik Selama Aktif Menulis

Diperbarui: 29 Mei 2021   13:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengolah rasa hanyalah satu dari banyak fondasi ketika menulis | Ilustrasi oleh Startup Stock Photos via Pixabay

Menulis adalah perpaduan aneh antara akal dan rasa yang merajut jalinan kata dan kekuatan magis tak terdefinisikan. Sejak pertama kali saya menulis secara utuh, keajaiban itu datang bagaikan butiran mutiara yang terlepas dari untaian tali.

Mereka menerpa bergiliran seiring keindahan yang misterius. Maka tidakkah anomali bahwa aktivitas menulis juga menyembunyikan kekuatan sihir yang tersemat?

Telah sekian abad manusia mengekspresikan dirinya lewat tulisan. Berawal dari lukisan-lukisan sederhana di dinding gua, goresan tinta di daun lontar, coretan pena di kertas putih, hingga catatan tangan di layar digital.

Tapi menulis lebih dari sekadar ekspresi diri. Dalam perspektif khusus, menulis juga menjadi cara bagi beberapa orang untuk menunjukkan eksistensinya, termasuk bagi diri saya sendiri.

Hampir 2 tahun berlalu sejak pertama saya menulis di bangku kelas 11 SMA. Saat itu saya menulis esai pertama saya dalam lingkup pendidikan. Saya masih menyimpan tulisan itu, dan hal yang sama senantiasa terulang: saya selalu tertawa jika kembali membacanya.

Tulisan itu sering mengingatkan saya pada buku-buku referensi pelajaran yang saya baca di sekolah: sangat kaku! Tapi tulisan itu juga yang menjadi fondasi dari rangkaian kisah saya, setidak-tidaknya untuk sejauh ini.

Waktu dua tahun bukanlah waktu yang mengesankan untuk seorang penulis. Karenanya saya  tidak suka mengakui diri sebagai seorang penulis atau seniman. Saya lebih senang memegang identitas sebagai pelajar, bahkan ketika saya berusia 50 tahun nanti.

Meskipun terhitung singkat, saya jauh lebih banyak tercerahkan oleh kegiatan menulis ketimbang belajar di kelas selama 12 tahun. Ini bukan konotasi negatif, tapi nyaris bisa diartikan secara harfiah.

Kegiatan menulis membebaskan saya dari sistem apa pun; saya memegang kendali atas diri saya sendiri. Namun dalam banyak momen ketika di kelas, saya terkekang oleh sistem dan aturan yang tidak bisa saya langkahi. Itu cukup mengenaskan, tapi semuanya saling terkait bagaimanapun juga.

Nah, dalam prosesnya menuju kebiasaan, suka-duka menulis cukup untuk memberi petunjuk pada apa yang selama ini tersirat. Ya ... setidaknya untuk saat ini, saya berhasil mengungkapkan kesan-kesan itu dalam rajutan kata di samping sulitnya menyingkap keajaiban.

Anda tahu, jika Anda merupakan bagian dari keajaiban itu, tidaklah mudah untuk menjabarkan apa yang sebenarnya terjadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline