Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Andi Firmansyah

TERVERIFIKASI

Mahasiswa Ilmu Politik

Mengapa Kita Suka Bergosip?

Diperbarui: 6 Mei 2021   11:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita tahu bahwa bergosip itu buruk, tapi mengapa kita senang melakukannya? | Ilustrasi oleh RODNAE Productions via Pexels

Ah, kenyamanan bergosip. Kita semua tahu bahwa kita seharusnya tidak membicarakan orang di belakang mereka, tapi terkadang kita tidak bisa menahan diri. Entah dengan teman, rekan kerja, atau keluarga, mengatakan hal-hal buruk tentang orang lain terasa menyenangkan.

Semua manusia pernah bergosip dalam beberapa cara, terlepas dari pepatah kuno, "Jika kamu tidak memiliki sesuatu yang baik untuk dikatakan, maka jangan mengatakan apa pun."

Masa bodoh, kita semua pernah melakukannya, bahkan beberapa dari kita juga menyukainya. Dengan ciri khasnya yang lekat, kita biasa mengawalinya dengan kalimat sakti, "Eh, bukannya mau ngomongin orang ya, tapi ..."

Menariknya, hampir semua orang tidak suka mengakui fakta bahwa mereka suka bergosip. Sebaliknya, mereka mengklaim bahwa mereka melakukannya lebih jarang ketimbang yang lain. Ini berkaitan dengan paradigma masyarakat yang mengutuk kebiasaan bergosip.

Budaya kita mengenal gosip sebagai suatu perbuatan yang buruk karena berkaitan dengan membicarakan keburukan orang lain di belakang orang yang dimaksud.

Akan tetapi, para peneliti sering mendefinisikannya secara lebih luas, di mana (ber)gosip berarti berbicara tentang orang yang tidak hadir.

Ya, sesederhana itu. Secara tidak langsung, ini mengindikasikan bahwa bergosip bisa merujuk pada konteks buruk maupun baik. Tapi, kita tunda dulu baik atau buruknya kebiasaan bergosip.

Kita tidak bisa menilai baik atau buruknya kebiasaan bergosip sebelum kita mengetahui tentang dorongan macam apa yang membuat kita suka bergosip.

Mengapa kita menikmati kesenangan (yang bersalah) ini?

Saya tidak akan mengecewakan Anda. Saya mengerti, Anda mengunjungi tulisan ini karena ingin tahu setan macam apa yang mendorong Anda untuk bergosip. Jadi, nikmatilah!

Kita suka membandingkan segala hal

Kita adalah makhluk yang cenderung suka untuk berpikir dikotomi; menilai sesuatu apakah ia baik atau buruk, tinggi atau rendah, tampan atau jelek, kurus atau gendut, wangi atau bau.

Sudah menjadi naluri bahwa kita memberikan penilaian terhadap segala sesuatu dan ingin orang-orang mengetahuinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline