Saya teringat dengan masa kecil di saat saya hanya akan melakukan sesuatu. Saya tidak pernah berpikir, "Apa manfaatnya melakukan itu?" Saya hanya berlari ke sekeliling taman bermain dan melakukan apa pun yang bisa dilakukan.
Terkadang bermain perosotan, kemudian naik ayunan, atau bermain jungkat-jungkit bersama teman, lalu meninggalkannya sembari tertawa. Dan Anda tahu apa yang aneh? Tidak ada rasa marah atau dendam!
Semua itu saya lakukan tanpa ada seorang pun yang menyuruh. Jika saya ingin, saya hanya akan melakukannya. Saya hanya digerakkan oleh rasa ingin tahu dan kegembiraan.
Dan yang indah adalah, jika saya membenci perosotan, saya berhenti memainkannya. Tidak ada rasa bersalah yang terlibat. Tidak ada perdebatan atau cacian. Ini hanya tentang menyukainya atau tidak.
Dan kalau saya berlari mengejar capung, saya tidak berpikir, "Nah, apakah mengejar capung harus aku lakukan dalam waktuku sebagai seorang anak? Kalau tidak ada yang mau menemani, apakah itu berarti ada yang salah denganku? Bagaimana mengejar capung memengaruhi prospek masa depanku?"
Tidak ada omong kosong. Jika saya menyukai sesuatu, saya hanya akan melakukannya.
Berbeda dengan orang-orang dewasa. Mereka memikirkan segalanya, berusaha menjadi kritis, ingin menjadi orang yang idealis, hingga mereka tak benar-benar melakukan apa pun. Saya hanya ingin mengangkat alis.
Ironis, saya pun terkadang melakukannya. Ketika seorang teman mengajak pergi ke luar rumah, saya akan mempertimbangkan apa saja kegunaannya untuk saya, lalu khawatir uang saya disikat habis, atau waktu saya menjadi sia-sia. Kemudian saya menolak, dan melanjutkan rebahan saya di sofa yang empuk.
Barangkali itu perbedaan kita dengan anak-anak. Jika mereka menyukai sesuatu, mereka hanya akan melakukannya. Tapi kalau kita menyukai sesuatu, kita memikirkannya dan belum tentu melakukannya.
Itu juga yang membuat salah satu dari sekian banyak teman bertanya pada saya, "Bagaimana cara menemukan passion?"