Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Andi Firmansyah

TERVERIFIKASI

Mahasiswa Ilmu Politik

Peluang Emas bagi Pelajar di Balik Rentetan Libur Pandemi

Diperbarui: 27 Juni 2020   01:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi manfaatkan waktu luang di tengah pandemi (Sumber: www. shutterstock.com)

Dahulu kala, sebelum si organisme mikroskopik berjenis baru menyerang dunia, dia adalah seseorang yang rajin dan giat. Kita sebut saja dia dengan Marcus. 

Ya, Marcus sangat disibukkan dengan kegiatan sehari-harinya, bahkan seringkali mengurangi waktu tidurnya. Pagi berangkat sekolah, sepulangnya ada agenda les privat, malam hari mengerjakan tugas sekolah. Oh betapa sibuknya dia.

Sisi baiknya, dia merupakan seorang pencari ilmu yang giat. Tingkat kekepoannya terhadap ilmu seperti menara Burj Khalifa yang menembus awan. 

Uniknya, tugas sekolah sudah menjadi salah satu kebutuhan baginya seperti makanan. Satu hari saja tidak ada tugas sekolah, tangannya bergetar mencari pulpen untuk sesuatu yang akan ia tulis. 

Oh ayolah, mungkin saya terlalu berlebihan, tapi tampaknya itulah perumpamaan yang cocok untuknya. Apalagi dia adalah tipe orang yang harus selesai mengerjakan tugas PR di rumah, bukan pagi-pagi di sekolah seperti Anda *uhuukk.

Tentu saja saya iri kepada Marcus.

Namun, semua itu berubah ketika hastag #dirumahaja menjadi trending di mana-mana. Ya, kedatangan si virus yang tidak diundang itu begitu disegani semua orang sampai-sampai orang-orang takut untuk keluar rumah---kecuali orang-orang tertentu.

Seketika itu pula Marcus menjadi seorang pemalas dan mengidap penyakit TuMor (Tukang M***r). Terlalu lama berdiam diri di rumah membuatnya bingung harus melakukan apa, karena hampir semua rutinitasnya dulu banyak dilakukan di luar rumah. 

Sekarang, dia bisa menghabiskan 5 jam hanya untuk berdiam diri di kasur empuknya, menonton video-video trending di YouTube, bahkan 1 jam di antaranya hanya mengulang-ngulang lagu favoritnya, I Like You So Much, You'll know it.

Marcus memang rajin. Tapi dia menjadi rajin karena ada suatu tuntutan yang harus ia kerjakan. Ketika tidak ada tuntutan untuk melakukan apapun, dia tidak tahu harus mengerjakan apa. 

Dan saya rasa (maaf), cukup banyak pelajar di Indonesia yang seperti Marcus, tidak mampu berinovasi untuk melakukan sesuatu dan hanya bergerak ketika ada suatu perintah yang menuntutnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline