Lihat ke Halaman Asli

Lika-liku Pendidikan di Masa Covid-19

Diperbarui: 27 April 2021   01:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia sudah lebih dari satu tahun terakhir ini berdampak terhadap perubahan aktifitas belajar-mengajar. Tak terkecuali di Indonesia, sejak awal bulan Maret 2020 aktifitas pembelajaran daring (online learning) menjadi sebuah pilihan kementerian pendidikan dan kebudayaan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 semakin meluas karena adanya kerumunan di suatu ruangan kelas.

Praktik pendidikan daring (online learning) ini dilakukan oleh berbagai tingkatan jenjang pendidikan sejak tingkat SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Tidak ada lagi aktifitas pembelajaran di ruang-ruang kelas sebagaimana mestinya dilakukan oleh tenaga pendidik guru maupun dosen. Langkah yang tepat namun tanpa persiapan yang memadai.

Akibatnya banyak tenaga pendidik gagap menghadapi perubahan drastis sistem pembelaran daring ini. Sementara itu praktis tidak ada cara lain untuk meminimalisir penyebaran Covid-19 selain dengan membatasi perjumpaan manusia dalam jumlah yang banyak.

Pemerintah pun membatasi pertemuan, maksimal 30-40 orang. Itupun dengan protokol kesehatan yang sangat ketat, seperti penggunaan masker, menjaga jarak minimal 1,5 meter, mencuci tangan memakai sabun.

Hal ini didasarkan pada pendapat para ahli kesehatan di seluruh dunia setelah mereka melakukan riset bagaimana memutus mata rantai Covid-19. Sampai saat ini menurut pendapat banyak orang terutama pelajar atau mahasiswa mengatakan bahwa solusi penggunaan vaksin pun belum dapat menjadi pilihan yang terbaik.

Yang biasanya arena sekolah, sebagai ruang belajar mengajar antara murid dengan guru, mahasiswa dengan dosen pun pada akhirnya dilarang dilakukan. Sebagai gantinya yakni pembelajaran secara daring. Sedangkan kegagapan pendidikan daring masih banyak kita jumpai sampai saat ini, setelah satu tahun lebih lamanya pembelajaran daring namun kurangnya fasiltas juga menjadi salah satu hal utama.

Karena belum semua sekolah atau perguruan tinggi mampu mempersiapkan sistem pembelajaran baru seperti sekarang ini. Perubahan sangat cepat ini tanpa diiringi persiapan yang memadai sebelumnya, akibatnya banyak kegagapan menghadapinya. Statemen pelipur lara, ketimbang langkah cepat menyiapkan infrastruktur.

Sayangnya hingga memasuki tahun ajaran baru ini pun masih terkesan lamban gerak revolusioner dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan maupun jajaran kementeriannya dalam menyiapkan sarana-prasarana pembelajaran daring.

Pemberian kuota internet, ini yang di dengar dari sekolah-sekolah, itupun yang di kota-kota besar. Sementara jika melongok ke daerah, istilahnya masih jauh panggang dari api. Menurut sebagian pelajar atau mahasiswa masih ada yang belum mendapatkan bantuan kuota dari sekolah maupun kemendikbud.

Covid-19 termasuk berita all-powerfull media dan menyebabkan efek moderat, karena terkadang pemberitaan yang berat sebelah.

Sampai saat ini belum ada solusi yang efektif mengenai cara belajar mengajar di situasi pandemi covid-19 ini. Sebelumnya pemerintah mulai mencoba pembelajaran luring (tatap muka) dengan cara melakukan pembatasan murid atau mahasiswa di ruang kelas, tetapi cara ini tidak berlangsung lama karena kurangnya persiapan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline