Lihat ke Halaman Asli

Badai Pasti Berlalu 2.0

Diperbarui: 2 April 2022   16:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hari silih berganti  tanpa kenal lelah. Tibalah di penghujung tahun 2019, beramai-ramai aku menyambut 2020 dengan segala doa dan harapan baru yang tentunya harus lebih baik dari tahun kelam itu.

Baru memasuki awal tahun, pandemi menyerang Indonesia khususnya dan merubah gaya hidup masyarakat dunia pada umumnya.

Gumam ku dalam hati "Ada apalagi ini? Tahun yang kuharapkan lebih baik, nyatanya lebih buruk, bahkan bukan untukku saja."

Pelan-pelan ku lewati hari pandemi seperti biasa dengan atribut tambahan jika bertemu orang lain. Berita duka berada di seluruh belahan dunia lainnya, akibat pandemi yang melanda.

Di balik duka dunia, aku masih bersyukur. Sebab aku tidak kehilangan keluarga ku.

Aku tetap bahagia meski harus tetap waspada.

Mendekati akhir 2020, suara tangis terdengar diseluruh ruang rumah tua itu. Hari yang biasa saja, tiba tiba berubah mencekam. 

Orang yang kala itu baru menjadi keluarga dan sedang bahagia menantikan kelahiran anak kedua nya. Terlihat tak berdaya tanpa kami tau apa penyebabnya.

Dia adalah om ku, istri dari adik mamah ku. Semasa pandemi ini aku baru dekat dengannya. Mengetahui sebagian dirinya yang tak banyak orang tau.

Beberapa kami kerja bersama dan terlibat dalam diskusi bersama dengan guyonan seadanya.

Beliau sangat perhatian dengan ku, mungkin bisa dikatakan sangat dekat dengan ku di banding saudara ku yang lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline