makin penting seiring dengan berkembangnya teknologi dan penggunaannya yang semakin luas di kalangan masyarakat, khususnya generasi muda. Dalam rangka memahami bagaimana pemahaman generasi muda tentang regulasi komunikasi digital, penulis melakukan wawancara dengan tiga orang yang terdiri dari 3 orang yang di mana mereka adalah seorang mahasiswa yang berusia 18-22 tahun.
Regulasi komunikasi digital menjadi seDari hasil wawancara, ditemukan bahwa sebagian besar generasi muda menggunakan internet untuk mencari referensi atau untuk kebutuhan kuliah dan pekerjaan. Namun, pemahaman mengenai UU ITE masih minim. Seorang pewawancara mengaku baru mengetahui tentang UU ITE selama 6 bulan terakhir, sedangkan pewawancara lainnya sudah mengetahui UU ITE sejak SMA. Namun, pemahaman mengenai isi UU ITE masih terbatas, hanya sebatas kasus-kasus yang banyak beredar di media online seperti pelanggaran penyebaran video asusila, ujaran kebencian, dan penyebaran berita bohong atau hoax.
Dalam hal manfaat adanya UU ITE, sebagian besar responden setuju bahwa UU ITE penting untuk menyaring pengguna internet agar lebih berhati-hati dalam memanfaatkan teknologi internet, memastikan keamanan dan kepastian dalam bertransaksi elektronik, serta mendorong ekonomi di Indonesia dengan mencegah kejahatan di internet. Namun, pandangan dan sikap pribadi terkait UU ITE bervariasi, ada yang menganggap UU ITE perlu untuk menjaga kenyamanan sesama pengguna media sosial, ada pula yang menganggap UU ITE memberikan batasan dalam penggunaan internet.
Dari hasil wawancara ini, dapat disimpulkan bahwa generasi muda perlu lebih memahami regulasi komunikasi digital, khususnya UU ITE. Pendidikan mengenai hal ini perlu ditingkatkan dan disosialisasikan agar generasi muda lebih bijak dalam memanfaatkan teknologi internet dan mencegah pelanggaran hukum di ruang digital.
Dari apa yang kita bahas tadi, dapat disimpulkan bahwa generasi muda perlu lebih memahami regulasi komunikasi digital, khususnya UU ITE. Pendidikan mengenai hal ini perlu ditingkatkan dan disosialisasikan agar generasi muda lebih bijak dalam memanfaatkan teknologi internet dan mencegah pelanggaran hukum di ruang digital.
Saran dan masukan
Fenomena regulasi komunikasi di perguruan tinggi Indonesia bisa menjadi suatu masalah yang cukup kompleks dan memerlukan upaya dari berbagai pihak, termasuk mahasiswa dan dosen. Berikut adalah beberapa saran dan pesan yang dapat dilakukan untuk mengatasi atau memperbaiki kondisi tersebut:
- Meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang regulasi komunikasi di perguruan tinggi
Mahasiswa dan dosen dapat mempelajari lebih lanjut tentang regulasi komunikasi yang berlaku di perguruan tinggi. Dengan memahami regulasi ini, mereka dapat menghindari tindakan yang melanggar aturan, serta dapat memahami hak dan kewajiban mereka dalam berkomunikasi.
- Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas regulasi komunikasi
Mahasiswa dan dosen dapat mendorong lembaga perguruan tinggi untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas regulasi komunikasi. Misalnya, dengan memperjelas aturan dan prosedur yang berlaku, serta memberikan sanksi yang adil dan proporsional untuk pelanggaran.
- Mengembangkan budaya komunikasi yang positif dan terbuka
Mahasiswa dan dosen dapat membantu mengembangkan budaya komunikasi yang positif dan terbuka di perguruan tinggi. Misalnya, dengan menghargai perbedaan pendapat, mendengarkan pendapat orang lain dengan penuh perhatian, serta menghindari tindakan yang merugikan orang lain.
- Mendorong partisipasi aktif dalam organisasi dan kegiatan kemahasiswaan
Mahasiswa dapat menjadi lebih aktif dalam organisasi dan kegiatan kemahasiswaan, seperti himpunan mahasiswa atau UKM. Dengan menjadi bagian dari organisasi ini, mahasiswa dapat mempelajari lebih banyak tentang regulasi komunikasi, serta dapat mengembangkan keterampilan komunikasi yang lebih baik.
- Menggunakan teknologi yang tepat untuk berkomunikasi