Tatkala langit senja mulai memudar,
Di bawah lereng pengunungan yang gagah
Gadis bergaun biru berdiam di sana,
Berkerudung kelabu, memancarkan keteduhan,
Matanya tenang, seperti samudera dalam.
Melangkah riang mengulurkan tangannya,
Senja tak henti-henti melihat,
Mengamini waktu tak perlu buru-buru berlalu,
Ketika senyumnya menyapa langit senja,
Dia bagai puisi harmoni yang terlihat hidup,
Kehadiran yang telah menyejukkan senja,
Yang mungkin lama tak tersirami embun pagi.
Kerudung kelabunya,
Menyimpan sejuta kedamaian, damai yang masih sulit terilustrasikan senja,
Matanya telah mencerminkan ketenangan,
Mengalirkan damai setiap menoleh ke arahnya.
Saat angin berbisik lembut,
Dan daun-daun menari dengan gembira,
Wajahnya semakin menyatu dan hanyut bersama ketenangan,
Menebar harmoni yang tak pernah sirna.
Apa kau tau tentang sang dewi, anggun dan baik tuturnya terlukis,
Apa kau tau tentang edelweiss, manis nan indah saat senja menyelimutinya..
Tapi apakah kau tau...
Semua itu tergambar olehnya, Biru, kelabu, menyenangkan nan menenangkan.
Mungkin dialah bintang di malam kelam,
Yang akan menuntun jiwa yang tersesat,
Menuju pelabuhan penuh kedamaian.
Kendari, 19 Juni 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H