Lihat ke Halaman Asli

Ubah Limbah Menjadi Berkah, Tim PKM UNDIP Ciptakan Tisu Basah Antiseptik Ramah Lingkungan dari Limbah Kulit Pisang

Diperbarui: 26 Agustus 2021   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Dokpri

Penggunaan tisu yang semakin meningkat di era pandemi mengakibatkan berbagai polemik terutama bagi lingkungan. CEO Sirclo, Brian Marshal menyebutkan per Februari 2020 pembelian tertinggi hand sanitizer hingga 531%, sabun tangan 304%, tisu basah 227%, dan vitamin 210%. Penggunaan tisu basah sebagai antiseptik ini merupakan salah satu langkah paling mudah untuk melindungi diri dari virus Covid-19 saat ini, sehingga memiliki konsumen yang sangat banyak dari bulan ke bulan. Penggunaan berlebih tisu basah dapat mencemari lingkungan karena mengandung mikroplastik di dalamnya yang sulit terurai. Dalam mengatasi ini, mahasiswa tim PKM-K Undip yang diketuai oleh Mutia Lasiama Azizah ini menciptakan tisu yang berbahan dasar serat kulit pisang.

Dokpri

Dokpri

Kulit pisang memiliki tekstur yang tebal dan mengandung selulosa yang merupakan bahan pembuatan tisu. Cara pembuatan dari tisu ini yaitu

  1. Preparasi kulit pisang
  2. Kulit pisang jenis raja Nangka yang berasal dari limbah pembuatan kripik pisang piksi desa rowosari direndam dengan air dan dicuci sampai bersih. Setelah bersih, kulit pisang dipotong kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam blender yang telah diberi air. Kulit pisang yang telah diblender, disaring menggunakan penyaring. Kemudian, disangrai supaya kering dan menjadi serbuk.
  3. Proses Pembuatan pulp
  4. Proses pembuatan pulp menggunakan metode chemistry pulping. 1 kg serbuk kulit pisang dimasukkan ke dalam teko ukur untuk kemudian dicampur dengan 250 gr NaOH 1 N. campuran tersebut kemudian dimasak menggunakan kompor selama 1,5 jam dengan suhu 100oC. Setelah itu, bubur pulp disaring dan dicuci dengan aquades. Selanjutnya, pulp di bleaching dengan menambahkan 1 liter larutan H2O2 3% ke dalam pulp dan dimasak dengan suhu 60oC selama 1 jam.
  5. Pencetakan dan pengeringan
  6. Sebelum dilakukkan pencetakkan, 40 ml pulp diblender dengan 800 ml aquades, 30 gr kitosan, 30 gr tepung tapioka dan kertas bekas. Setelah itu, pulp yang telah berubah menjadi lebih halus dimasukkan ke dalam ember berisi air. Kemudian alat penyaring berukuran 50 mesh dimasukkan ke dalam ember dan diangkat secara perlahan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari.
  7. Penambahan larutan antiseptik dan pewangi
  8. Bahan tisu yang sudah kering selanjutnya direndam dan dicampurkan dengan alkohol 70% serta natrium benzoat. Selanjutnya, ditambahkan pewangi untuk memberikan aroma pada tisu.

Tisu ini diperjualkan dengan brand “Tipang wet wipes” menggunakan kemasan aluminium ziplock agar kedap udara dan dikemas dalam 3 varian ukuran yaitu large berisi 20 helai, medium berisi 15 helai, dan small berisi 10 helai.  Diharapkan produk Tipang ini dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline