Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Sahriannor

Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat

Maitih (Melihat) Lebih dalam Lingkungan Lahan Basah yang Ada di Kecamatan Banjarmasin Utara

Diperbarui: 10 September 2023   21:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kalimantan Selatan merupakan provinsi yang terkenal dengan sebutannya yaitu "Kota Seribu Sungai", maka tidak heran jika di wilayah ini terdapat banyak sekali lahan basah. Tak terkecuali pada daerah kecamatan Banjarmasin Utara, disana saya bersama teman-teman yang tergabung dalam satu kelompok menemukan banyak lahan basah yang diperuntukkan untuk berbagai macam kegiatan. Nah, disini saya akan membawa anda "maitih"(bahasa Banjar) atau dalam bahasa Indonesia yaitu "melihat" secara mendalam seperti apa sih lingkungan lahan basah  yang ada di Banjarmasin Utara ini, sesuai dengan hasil identifikasi kami pada daerah tersebut. Namun sebelum itu kalian harus tahu dulu, apa sih yang dimaksud dengan Lahan Basah? 

Jadi lahan basah adalah lahan yang memiliki tanah tergenang air atau memiliki kandungan air yang cukup tinggi, baik bersifat permanen ataupun musiman. Lahan basah ini dapat dijadikan sebagai lahan bertani atau berkebun, bukan hanya itu lahan ini bisa juga digunakan untuk membudidayakan ikan dan hewan ternak , bahkan bisa pula dijadikan sebagai objek wisata dan masih banyak lainnya. Melihat banyaknya manfaat dan peluang ekonomi pada lahan basah ini, diharapkan warga sekitar dapat menggunakannya secara baik dan benar sesuai dengan apa yang dibutuhkan guna menjaga kesejahteraan bersama.

Kembali pada pembahasan awal yaitu mengenai lingkungan lahan basah yang ada di Banjarmasin Utara. Pada hari pertama kami mulai dengan penulusuran di sekitar area desa Alalak Utara, disana kami menemukan area lahan basah yang luas berupa petak-petakan menyerupai kolam, hasil dari galian tanah berkedalaman kurang lebih 1 meter yang tergenang oleh air. Dari hasil identifikasi, kami menyimpulkan bahwa lahan basah yang ditemukan ini akan digunakan sebagai lahan pembangunan perumahan. 

Bentuk lahan yang berupa persegi panjang yang tersebar secara tertata dan terpisah dengan jarak tertentu seperti akan dijadikan jalan, serta adanya palang palang penanda yang seolah digunakan untuk menandai yang mana wilayah lahan perumahan dan yang mana akan dijadikan jalan. Dari sinilah disimpulkan bahwa lahan yang kami temukan ini diperuntukkan sebagai lahan pembangunan area perumahan. Namun, kami juga menemukan beberapa hal unik disana. Meskipun lahan basah yang kami temukan ini akan digunakan sebagai lahan pembangunan perumahan. Masih ada ikan yang hidup dengan jumlah yang cukup banyak disana, bahkan beberapa penduduk setempat ada yang memanfaatkannya sebagai lahan memancing dan menangkap ikan. Selain itu kami juga mengidentifikasi unsur-unsur biotik dan abiotik yang ada pada area lahan basah tersebut, kami berhasil menemukan beberapa hewan air seperti ikan Wader (Barbodes binotus) dan beberapa tumbuhan air seperti Bulrush batang lunak (Schoenoplectus), dan Keladi (Colocasia esculenta). 

Keesokkan harinya, kami melanjutkan pengidentifikasian lahan basah di kelurahan Sungai Andai yang terkenal sebagai kawasan wisata Selanjung Sungai Biuku. Di sana kami sempat bingung kenapa kawasan wisata disana terlihat seperti sudah jarang dikunjungi oleh wisatawan, ditambah seperti minimnya area lahan basah yang ada di dalam kelurahan tersebut. Padahal kami mengira disana akan banyak menemukan lahan basah seperti yang kami harapkan. Namun, ternyata setelah kami menanyakan pada warga setempat, di kawasan ini sebenarnya memang ada banyak lahan basah yang biasa mereka manfaatkan untuk bertani dan berkebun, hanya saja dikarenakan musim kemarau yang panjang membuat lahan basah di kawasan ini menjadi kering. Selain itu, dulu kawasan ini juga merupakan tempat wisata yang terkenal dengan hewan reptil yang warga setempat menyebutnya dengan nama Biuku (Batagur affinis). Sayangnya karena sering terjadi perburuan liar yang dilakukan oleh oknum tak bertanggung jawab, menyebabkan jumlah populasi Biuku di kawasan tersebut menjadi berkurang. Hal ini membuat Biuku jadi jarang ditemui di kawasan tersebut, ini menjadi cikal bakal kenapa kawasan tempat wisata Selanjung Sungai Biuku ini menjadi jarang dikunjungi. 

Dan selesailah pengidentifikasian lahan basah yang saya lakukan bersama dengan kelompok saya ini. Nah sebelum ke kesimpulan, dari hari pertama sampai hari kedua atau terakhir, kami menemukan masih banyak saja warga yang membuang sampah nya tidak pada tempatnya termasuk ke lahan basah yang ada. Ini tentu saja harus menjadi komitmen kita bersama agar lebih peduli terhadap lingkungan sekitar dan bisa lebih memaksimalkan manfaat dari berbagai kekayaan alam di sekitar kita.

Dari hasil identifikasi kami di atas, Saya mengambil kesimpulan bahwa Lahan Basah bisa lebih dimaksimalkan lagi pemanfaatannya bukan hanya sekedar untuk dijadikan lahan pemukiman, apalagi kalau hanya untuk disalahgunakan sebagai tempat pembuangan sampah. Lahan basah bisa digunakan sebagai lahan bertani, berkebun, berternak, budi daya ikan, tempat wisata dan banyak lagi manfaatnya yang seharusnya bisa lebih dikembangkan, supaya lebih mendatangkan keuntungan baik untuk kita dan juga warga sekitar. Hal ini tentu saja harus menjadi renungan kita bersama, agar dapat memaksimalkan pemanfaatan dari lahan basah yang ada di sekitar kita ini dengan tepat dan menjaga ekosistem yang ada pada lahan basah tersebut, serta lebih peduli dengan linkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan.

Sekian artikel ini dibuat, Saya ucapkan terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline