Sepanjang sejarah, mungkin baru kali ini partai sebesar dan sesenior Golkar mengalami gejolak yang cukup parah pada tahun 2014 ini, hal ini berawal dari ketidakmampuan ARB dalam mencapai puncak kekuasaan di eksekutif pada dinamika Pemilu Presiden 2014, sehingga Golkar sebagai partai yang menjadi pemenang kedua di pemilu harus membentuk Koalisi Merah Putih diluar pemerintahan. Memang, di dalam sejarah partai Golkar baru kali ini berada diluar pemerintahan.
Terlepas dari itu , nampaknya gejolak ditubuh partai Golkar belum usai, hal ini terlihat masih tarik ulurnya perbedaan pendapat antar elite partai Golkar tentang penyelenggaraan Munas Golkar yang ke IX, menurut ARB Cs Munas Golkar akan dilaksanakan pada 30 November 2014, dan Agung Laksono Cs partai Munas Golkar akan dilaksanakan pada Januari 2015, tarik ulur antar elite ini tentunya sangat berdampak pada instabilitas di partai golkar tersebut. Tetapi apadaya Munas Golkar ke IX ARB Cs tetap dilaksanakan di Nusa Dua, Bali, dan telah dibuka oleh Ketua Umum Aburizal Bakrie. Dan Agung Laksono Cs membentuk Penyelamat Partai dan akan menyelenggarakan tetap pada Januari 2015.
Sebagai partai besar tentunya Partai Golkar harus bisa meminimalisir konflik yang terjadi di internal partai, apapun itu alasannya, seharusnya tiap pihak harus menurunkan ego dan mencari kompromi yang bersifat win-win solution, tetapi kata islah menjadi kata yang mahal dan terlalu istimewa bagi mereka yang bertikai satu sama lain.
Agenda Munas partai Golkar jangan di jadikan ajang hanya memilih dan pergantian ketua Umum semata, tetapi bagaimana menjadikan sebagai tempat introspeksi Golkar secara konfrehensip baik di internal maupun dalam pemilu 2014 lalu, dan menghadapi pemilu 2019 yang diwacakan bersama, jika terjadi pemilu bersama, hal ini tentu akan membuat Golkar akan semakin kerja ekstra keras, karena yang menjadi penentu adalah sosok pemimpin Golkar kedepannya, yang mampu meraup suara kaum muda kita yang pemilihnya mencapai 60 persen.
Beberapa nama bakal calon Ketua Umum yang akan maju dalam Munas sebenarnya adalah para elite dan bukan dari regenerasi atau tokoh Muda Golkar yang sejatinya mewarnai pohon beringin tersebut. Sebut saja Aburizal Bakri, Agung Laksono, Priyo Budi Santoso, Agus Gumiwang, MS. Hidayat, Hajrianto Tohari, yang mana kesemuanya bukan pesona baru dalam partai beringin ini.
Jika semua kandidat di atas memang benar maju, apalagi ARB, dan misalkan ARB secara aklamasi ataupun ada lawan, dan itu hanya ecek-ecek, maka bisa dipastikan Golkar sebagai partai besar tidak menjalankan regenerasi kepemimpinan yang tranformasional dan fungsi kaderisasi yang baik. Sehingga Golkar hanyalah partai biasa yang hanya bermain di tataran elite belaka.
Terlepas dari itu, Munas Golkar sudah terlaksana 30 November 2014, tanpa atau dengan keikutsertaan Presidium Penyelamat Partai yang didirikan Agung Laksono dan kawan-kawan, karena itu ada beberapa catatan, jika Munas ke IX di ikuti dan melebihi Qourum yang telah ditentukan AD/ART partai yang terdiri pemilik suara DPP, DPD I,II , dan Ormas sayap Golkar sudah dipastikan ARB akan mempunyai legitimasi yang kuat untuk menduduki posisi puncak untuk periode berikutnya, jika itu yang tejadi, maka Regenerasi dan Kaderisasi Golkar di pertanyakan?, tentu ini menjadi catatan tersendiri bagi pohon beringin. Jangan sampai Golkar hanya tinggal sejarah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H