Profil Vasili Arkhipov
Malapetaka, kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana dampak yang akan dihasilkan jika saja perang dunia ketiga benar-benar terjadi. Tidak berlebihan rasanya jika mengatakan bahwa perang dunia ketiga akan mengancam peradaban umat manusia yang telah ada selama ribuan tahun. Hal tersebut didasari oleh perkembangan sains dan teknologi yang semakin mutakhir sehingga manusia mampu menciptakan senjata pemusnah massal mengerikan yang disebut nuklir.
Perang nuklir menjadi momok menakutkan bagi seluruh umat manusia karena dampak kehancurannya yang amat dahsyat. Namun siapa sangka kalau malapetaka tersebut pernah nyaris terjadi di tahun 1962 jika saja seorang perwira angkatan laut Uni Soviet bernama Vasili Arkhipov membuat keputusan yang tidak tepat. Siapakah beliau dan bagaimana ceritanya?
Vasili Alexandrovich Arkhipov lahir pada 30 Januari 1926 di sebuah kota bernama Staraya Kupavna yang berjarak 52 km dari Kota Moskow. Meskipun lahir di dalam keluarga petani yang sederhana, Arkhipov memiliki semangat yang tinggi dan mulai merintis karir di bidang kemiliteran Uni Soviet saat usia remaja.
Ia kemudian mendapat pelatihan di Sekolah Tinggi Angkatan Laut Pasifik dan sempat berpartisipasi sebagai awak kapal penyapu ranjau dalam perang Uni Soviet-Jepang pada Agustus 1945. Arkhipov dipindahkan ke Sekolah Tinggi Angkatan Laut Kaspia dan lulus pada tahun 1947.
Setelah lulus, Arkhipov bergabung dengan angkatan laut Uni Soviet dan bertugas di layanan kapal selam armada Laut Hitam, Utara dan Baltik. Tidak seperti tipikal orang Rusia pada umumnya yang tegas dan cenderung agresif, Arkhipov digambarkan sebagai seorang pria pemalu, rendah hati dan juga sangat tenang.
Perang dingin Amerika Serikat - Uni Soviet serta Peristiwa krisis misil Kuba
15 tahun berselang tepatnya pada tanggal 15 - 28 Oktober 1962 terjadi sebuah konfrontasi antara dua negara adidaya yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet yang disebut sebagai Krisis Rudal Kuba. Selama rentang 12 hari tersebut dapat dikatakan perang nuklir sudah diujung tanduk, di sisi lain antara Amerika Serikat dan Uni Soviet tengah terjadi perang dingin yang semakin menambah ketegangan kedua negara.
Krisis Rudal Kuba didasari tindakan Uni Soviet yang membantu persenjataan dan menempatkan rudal yang dilengkapi hulu ledak nuklir di Kuba, tindakan tersebut sekaligus menjadi aksi pembalasan atas tindakan Amerika Serikat yang terlebih dahulu menempatkan rudal berhulu ledak nuklir di Italia dan Turki yang dianggap mengancam keamanan Uni Soviet.
Pada tanggal 22 Oktober 1962, Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy muncul ke muka publik dan menuntut agar Uni Soviet segera menarik seluruh rudal yang ada atau Amerika Serikat akan melancarkan serangan militer ke Kuba. Maka, dimulailah minggu-minggu mencekam yang dikenal sebagai Krisis Rudal Kuba.