Lihat ke Halaman Asli

Muhamad Yus Yunus

Sastrawan, dan Teaterawan

Dari Penjara menuju Surga

Diperbarui: 8 Desember 2024   11:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi tahanan. Sumber: Pexels/ahmet öktem

Apakah ada hal yang lebih buruk dari penjara?

Apakah benar penjara itu tempat yang paling hina?

Apakah benar kita jauh lebih baik dari pada narapidana yang akan dieksekusi mati?

Hidup bebas di alam terbuka adalah harapan seluruh makhluk. Beraktivitas seperti biasa layaknya orang-orang normal yang berjuang membela hak-haknya dianggap sebagai jalan terang.

Namun di kehidupan yang fana dan penuh dengan teka-teki ini hampir semua manusia lupa bahwa masa depan mereka adalah kematian. 

Kematian menjadi misteri bagi setiap orang meskipun takdir itu nyata dan pasti. Kebutuhan duniawi membuat kita lupa dengan mati.

Kita kerap menganggap hidup normal seperti yang saat ini kita jalani adalah hal yang sangat menguntungkan ketimbang seorang narapidana yang akan ditembak mati. Padahal mungkin saja kita tidak jauh lebih beruntung dari mereka.

Kita sibuk mencari nafkah, jodoh, melihat anak-anak tumbuh dewasa, menyiapkan sederet proyek penting yang menghasilkan dan menguntungkan bagi orang banyak. Tapi kita lupa bahwa setiap langkah khilaf dan kesalahan yang kita lakukan berpotensi untuk menjadi dosa. 

Kita mungkin hidup di alam bebas yang penuh dengan harapan dan kebahagiaan. Tapi mungkin saja sebenarnya kita hidup di balik penjara.

Penjara itu tidak nampak seperti penjara, namun kita dipenjarakan oleh harapan, ambisi, egoisme, keserakahan, dan sejuta kebutuhan eksistensial manusia lainnya yang secara tidak sadar telah memenjarakan ingatan kita tentang kematian. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline