Lihat ke Halaman Asli

Muhamad Yus Yunus

Sastrawan, dan Teaterawan

Jalanan Tempat Baliho Bersemayam

Diperbarui: 28 Agustus 2024   07:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

adakreatif.id

Apa yang terlintas di bendak Anda ketika malihat banyaknya baliho dan spanduk iklan di jalan raya? 

Pernahkah Anda menghafalnya secara perisis, barikut dengan letak, gambar, dan kutipan bahasa yang digunakan?

Sepertinya tidak kan? 

Kita sering melihat iklan, spanduk, dan baliho lain sambil lalu saja, setelah itu kita tidak perduli apa isinya.

Spanduk di jalan sudah menjadi bagian dari budaya promosi di Jepang sejak lama. Dalam bahasa Jepang, spanduk di jalan disebut sebagai "yoko chochin", yang artinya "Lampu Kain Horizontal". Spanduk tersebut biasanya digantungkan di dekat toko atau restoran sebagai bentuk promosi.

Jalanan kita saat ini tidak hanya berisi kendaraan dan masalah kemacetan, akan tetapi juga jalanan kita di zaman yang serba digital ini telah dipenuhi dengan masalah yang baru. Masalah ini datang dari berbagai kalangan yang percaya bahwa jalanan adalah beranda yang tepat dan fasilitas cepat untuk mendapatkan sigmentasi, marketing, perhatian publik, dan cuan.

Iklan di jalan raya saat ini mungkin lebih masuk akal disebut sebagai vandalis, terutama bagi mereka yang memasang spanduk iklan di jalan secara liar. Apalagi di tahun politik seperti saat ini. Kondisi jalanan seketika berubah bak album foto, terutama ada banyak poto calon legeslatif yang terpampang jelas. Yang mungkin sebelumnya tidak pernah populer atau tidak peranah familiar. 

Salah satu yang paling banyak adalah baliho Kampanye, sampai-sampai mereka lupa bahwa suara mereka mengalahkan suara rakyatnya. Sebenarnya kita tidak perlu sering-sering melihat wajah Ridwan Kamil di jalan raya, apa lagi dalam keadaan sedang mengemudi. Karena jika mobil Si Sopir tergelincir dan menabrak pengemudi lain hingga terjadi kecelakaan beruntun, pasti polisi akan mencatat bahwa Si Sopin mengantuk atau ugal-ugalan di jalan. Bukan karena gagal fokus akibat terlalu asik memandangi wajah seseorang calon pemimpin di dalam baliho. Atau terprovokasi dengan isi baliho yang mengajak orang lain itu.

Ada ribuan spanduk yang mungkin memenuhi sepanjang jalan dari rumah menuju tempat karja, atau dari tempat kerja ke rumah Anda sekalian. Memberikan gambaran bahwa jalanan dianggap sebagai tempat yang strategis untuk mengenalkan sesuatu yang padahal sepanjang jalan dari kantor ke rumah, mungkin bisa jadi tidak ada satupun spanduk yang kita lihat. Apalagi jika posisi kita sedang mengemudi. lain halnya dengan penumpang angkutan umum atau transportasi masal lainnya. Ia yang tidak melakukan apa-apa kecuali hanya memperhatikan lingkungan sekitar dan lingkungan yang dilaluinya, tentunya Ia bisa melihat dan menyaksikan. Meskipun sampil lalu, dan kemudian melupakannya.

Memang analisa seperti ini tidak menggunakan metode dan data yang akurat, dan padahal jika kita memasang iklan pada surat kabar ataupun media digital, kita bisa mendapatkan data dan jumlah tayangan seperti pada Google Ads atau Google Adsense. Dengan data yang falid kita bisa memutuskan bahwa suatu iklan yang kita pasang dapat diukur mana yang Lebih efesien, iklan pada jalan raya atau Iklan di sosial media. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline