Lihat ke Halaman Asli

Muhamad Yus Yunus

Sastrawan, dan Teaterawan

Imajinasi Senja dan Penulis Indie

Diperbarui: 4 Maret 2023   17:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Pribadi

Apa yang diimajinasikan dalam kata senja?
Kenapa senja punya arti perpisahan?
Kenapa banyak judul buku "senja"?

Belakangan ini banyak penulis yang menggunakan kata "senja" sebagai judul mereka. Keajaiban apakah sebenarnya yang sedang dibuat mereka? 

Penggunaan kata ini cukup ramai di kalangan penulis senior maupun pemula, penulis kelas kecebong, sampai kelas kodok, ya pokoknya hampir disudut bacaan pasti ada judul buku menggunakan kata "senja". 

Sepopuler apakah sebenarnya sesuatu di balik senja ini? Bukankah malam juga indah, sama indahnya seperti sore. Bukankah siang juga indah, sama indahnya seperti pagi. Dan bukankah semua waktu itu indah? Tapi sepertinya anak indie punya imajinasinya sendiri.

Sama seperti kata hujan yang belakangan sangat populer dan menjadi bacaan massal kaum remaja, terutama bagi para pencinta kerinduan, cinta tak sampai, kegalauan, kepedihan, luka, derita, dan semua jenis duka yang penuh kemalangan. 

Berbeda dengan kata sore, setiap hurufnya jelas terlihat berbeda jauh dari kata hujan, akan tetapi pembaca senja umumnya menerjemahkannya sebagai sesuatu yang indah sekaligus menyakitkan. Ada apa lagi dengan kata senja atau sore?

Pembaca cerita senja atau sore bisa disebut sebagai korban perangkap strategi sigmentasi, sekalipun penulisnya tidak melihat itu sebagai sebuah sigmentasi pasar, namun para penerbit pasti memiliki target penjualan dan pilihan produk yang sudah ditentukan. 

Mungkin saja pasar penikmat senja atau sore bukan diciptakan dari sebuah cerita berbentuk novel atau cerpen. Sama sekali bukan dari bentuk produknya. Bisa jadi penikmat cerita senja atau sore diciptakan dari persepsi massal pembacanya di dalam atau di luar komunitas mereka. 

Seperti rasa penasarannya akan arti di balik senja atau sore karena tidak terbiasa mendengarnya. Atau bisa jadi karena kata "senja" ini menurut mereka terdengar lebih indah dan menyentuh saat diimajinasikan mengingat kata ini jarang digunakan untuk perbincangan sehari-hari. 

Bahkan mungkin saja kepala mereka telah ditanami imajinasi "senja" berikut arti di balik kata itu menurut sudut pandang personal yang telah dihadirkan oleh guru-guru kita, dosen-dosen kita, para pemateri, atau bahkan penulisnya sendiri. Sehingga kata "senja" seolah-olah begitu menarik untuk dibahas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline