Priaku merupakan tindakan jasad yang bergerak dengan motif tertentu. Hati yang mendominasi jasad untuk bergerak atau jasad melalui media akal untuk mengontrol hati? sejenak kedua hal ini memberi kesan kontradiksi. Namun baik itu moralitas maupun rasionalitas menunjukan bahwa adanya korelasi antara ta'aquli (sesuatu yang dapat di fikir secara akal) dan ta'abudi (sesuatu yang hanya dapat di yakini saja).
kita harus mengetengahkan segala urusan kita sesuai dengan porsinya sebagaimana hadist nabi muhammad saw "sesaat sesaat sesaat" artinya kadang ada saat yang bersifat ta'abudi dengan (dorongan dari hati untuk bergerak) kadang pula ada yang bersifat ta'aquli (dorongan dari jasad melalui akal untuk mengontrol hati yang di dalam), kebijaksanaan dapat terlihat apabila keduanya telah terealisasikan.
ada sebuah pepatah "jangan tinggalkan etika sebagai seorang pejabat jangan hilangkan dasar sebagai seorang anak". artinya memposisikan diri sesuai porsi serta lingkungan dimana ia berada.
terkadang kita sering terjebak antara akal dan hati, dimana hati berkata "iya" sedangkan akal berkata "tidak" mana yang kemudian kita pillih dan lakukan? moralitas atau rasionalitas? sebagian para filosof berargumen bahwa adanya korelasi antara hati dan akal, sebagian yang lain berpendapat bahwa akal yang mendominasi.
pertempuran antara moralitas dan rasionalitas di mulai di dalam diri manusia ketika mereka di tuntut untuk memberi keputusan yang cepat dan tepat, segala keputusan di ambil melalui pertimbangan hal yang kemudian perlu di ketahui adalah bahwa akal dapat menipu baik dengan mempertahankan argumentasi atau sebagai bentuk pembelaan diri, sehingga rasionalitas kurang di optimalkan. terlebih di masa yang kaya akan informasi ini mudah terjadi simpang siurnya informasi yang kemudian menjakan rancu atau ragu dalam sebuah pertimbangan. adapun moralitas berangkat dari intuisi seseorang, kepekaan diri terhadap sosial dan memandang segala ucapan dan keputusan dengan memandang rasa simpati/empati terhadap orang lain. maka dari itu, antara keduanya bukan dua hal yang saling berlawanan akan tetapi dua sisi yang saling mengisi di dalam prilaku dan tindakan manusi.
hal yang paling mencolok antara keduanya adalah hasil yang di proleh dan prosesnya, tindakan yang berangkat dari pertimbangan akal dengan rasionalitas, melalui informasi informasi yang masuk akan cenderung lebih menjurus kepada apa keuntungan, kerugian, apa yang harus di dapatkan dan apa yang harus di peroleh.
sedangkan tindakan yang berangkat dari moralitas akan mengenyampingkan konsep untung rugi, misalnya ketika manusia atau seseorang bertemu dengan pengemis. apabila ia menggunakan rasionalitas maka ia akan mempertimbangkan berapa uang yang akan ia berikan atau ia lebih memilih untuk tidak memberikan apa apa, akan tetapi apabila ia menggunakan moralitas maka ia akan memberikan uang yang layak sesuai dengan yang ia miliki tanpa adanya tendensi apapun selain kebaikan.
seperti yang di utarakan oleh imanuel khan " apabila kau bersedih hati maka datanglah bertemu dengan pengemis yang sedang kelaparan" ini merupakan contoh dari bentuk moral.
upaya yang kemudian harus di lakukan atau setidaknya di lengkapi dalam setiap individu adalah sebagai berikut:
a) memposisikan diri
mengambil benang merah antara moralitas dan rasionalitas dengan menyimpulkan segala sesuatu bukan secara keinginan atau karena kehendak pribadi, akan tetapi mempertimbangkan efek serta konsequensi dari setiap keputusan yang di ambil terhadap orang lain. pendeknya adalah menjadi penengah di saat orang lain berselisih dan mengambil keputusan di saat orang lain hilang arah. semua ini di lakukan secara konsisten supaya dapat menghasilkan sesuatu yang sebanding dengan tindakan.