Lihat ke Halaman Asli

Muhamad Wahyu Hamijaya

Konsultan, Peneliti, Dosen Universitas Nusa Putra

Gara-gara Aplikasi on Demand Makanan, Benarkah Ibu-ibu Jadi Malas Memasak? Yuk Cek Faktanya...

Diperbarui: 22 November 2023   10:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

InputPhoto by cottonbro studio | Pexels

Perkembangan teknologi saat ini banyak menghasilkan pergeseran pada kebiasaan dan pola hidup manusia. Hal tersebut terjadi hampir pada seluruh aktifitas masyarakat dari mulai kebutuhan dasar hingga kebutuhan tersier. Pergeseran kebiasaan tersebut sangat dirasakan perubahannya khususnya dalam pemenuhan kebutuhan dasar seperti pengolahan makanan. 

Dengan berkembangnya teknologi ini banyak memunculkan solusi dari berbagai permasalahan dalam aspek pengolahan makanan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat untuk menyantap hidangan. Seperti misalnya adanya aplikasi layanan pesan antar makanan yang bisa menjangkau banyak pelaku usaha , hal ini tidak terjadi pada saat 1 dekade lalu. Bagaimana masyarakat hanya bisa mengakses pesan antar makanan hanya pada satu pelaku usaha itupun pelaku usaha yang rasanya memiliki modal besar sebab mereka memiliki armada pengantaran, sdm pengantaran dan tersebar di beberapa lokasi yang mana investasi untuk layanan pesan antar dirasa berat oleh para pelaku usaha sehingga hanya beberapa pelaku usaha yang mampu membuka pesan antar layanan pada pelanggannya. 

Dengan perkembangan teknologi tersebut hari ini semua masyarakat dapat memilih banyak pelaku usaha dari mulai minuman, cemilan hingga pelaku usaha yang dulu memiliki layanan pesan antar sendiri juga memilih bergabung menjadi mitra startup penyedia layanan pesan antar.

Bagi generasi micin, semua harus serba cepat dan instant

 Selain dari perkembangan teknologi secara digital dan informasi, perkembangan teknologi pangan pun terus berkembang. Teknologi makanan dalam kemasan atau makanan instant diperkenalkan pada tahun 80an, mulai dari mie instant, produk olahan ikan dalam kaleng, produk olahan daging sapi atau ayam dalam kaleng, hingga inovasi dan perkembangannya sangat pesat di era 90an. Dari perkembangan itu pula kebiasaan masyarakat beberapa aktivitas mulai bergeser, dari semula semua di masak dan diolah secara mandiri dengan adanya inovasi produk tersebut beberapa hidangan bisa disajikan lebih cepat. Era 90an ini juga merupakan awal dari kehidupan generasi milenial dan Z sehingga generasi ini rasanya sudah familiar dengan makanan cepat saji dan juga membeli makanan jadi secara langsung.Pola asuh yang sedari lahir diperkenalkan oleh  orang tuanya untuk dapat mempersingkat waktu pengolahan makanan ternyata berdampak pada pola konsumsi saat ini hal ini tercermin dari usia produktif masyarakat di Indonesia di dominasi doleh generasi milenial dan Z.

Jika dilihat dari data BPS masing --masing prvinsi di pulau jawa keseluruhan pola konsumsi masyarakat menunjukan bahwa pengeluaran masyarakat terhadap produk makanan dan minuman jadi dalam sebulan secara rata-rata bisa mencapai 20-45% dari pengeluaran. Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat adalah 2 Provinsi yang mana nilai pengeluaran masyarat terhadap produk makanan jadi tertinggi di pulau jawa. BPS Provinsi DKI Jakarta mencatat rata --rata pengeluaran masyarakat untuk mangkonsumsi makanan dan minuman jadi pada tahun 2020 mencapai Rp.432.168dalam sebulan secara presentase pengeluaran tersebut memiliki kontribusi 45,75 % dari total pengeluaran yang ada. 

Begitu pun dengan Provinsi Jawa Barat , BPS Provinsi Jawa Barat mencatat rata --rata pengeluaran masyarakat untuk mangkonsumsi makanan dan minuman jadi pada tahun 2020 mencapai Rp. 250.843 dalam sebulan secara presentase pengeluaran tersebut memiliki kontribusi 38.24 % dari total pengeluaran. Kedua angka tersebut setap tahun mengalami kenaikan, kenaikan tersebut juga bisa didasri oleh kenaikan harga dan lain sebaginya, namun jika dibandingkan dengan pengeluaran untuk kelompok produk bahan mentah makanan perbandingan tersebut sangat jauh. Sebagai contohh rata --rata pengeluaran masyarakat di kedua provinsi tersebut untuk pengeluaran pada komoditas beras hanya dikisaran 6-8% dari pengeluaran perbulan, dan komoditas lain memiliki karakteristik yang sama sehingga kecenderungan masyarakat saat ini lebih memilih mengkonsumsi makanan cepat saji, makanan jadi ,ataupun makanan instant dibanding dengan mengolah makanan secara mandiri.

Peluang Usaha Kuliner masih menjanjikan 10-15 Tahun lagi

 Dengan adanya fenomena bahwa masyarakat memiliki kecenderungan untuk memilih makanan jadi dibanding dengan mengolah sendiri, makak hal ini menjadi peluang usaha yang masih terus bergeliat. Secara prospek usaha memang usaha kuliner ini hampir tidak ada matinya, namun dorongan tuntutan konsumen dan juga inovasi produk saat ini juga begitu besar dari sisi konsumen. Sehingga bukan hanya kualitas produk , namun layanan dan cjaringan distribusi juga akan menentukan keberlanjutan usaha ini. Sehingga untuk mendukung keberlanjutan dan juga kebutuhan masyarakat , kestabilan harga komoditas pangan ,Ketersediaan komoditas dan juga harga energy menjadi sangat urgent yang mana peran tersebut menjadi peran pemerintah untuk dapat mewujudkan hal tersebut. Sebab jika dilihat secara kasat mata, pertumbuhan usaha kuliner dari tahun ke tahun terus mengalami perkembangan bahkan ketika masa pendemic covid 19, umkm kuliner dapat terus bertahan, bahkan beberapa mengalami peningkatan usahanya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline