Lihat ke Halaman Asli

MUHAMAD RIFKI YULISTIANSYAH

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Mengelola Work-Life Balance di Era Generasi Z

Diperbarui: 5 Agustus 2024   14:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pekerja muda bekerja di rumah dengan suasana nyaman dan seimbang antara kerja dan kehidupan. [Sumber: DALL-E]

Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, kini mulai memasuki dunia kerja dengan cara pandang dan nilai-nilai yang berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka tidak hanya fokus pada karir yang stabil, tetapi juga sangat menghargai keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan. Tren ini terlihat dari meningkatnya popularitas pekerjaan informal dan fleksibilitas kerja yang menjadi prioritas mereka.

Work-Life Balance: Prioritas Utama

Bagi Generasi Z, work-life balance bukan sekadar jargon, melainkan kebutuhan nyata. Mereka melihat nilai lebih pada perusahaan yang menawarkan fleksibilitas jam kerja, kesempatan bekerja dari rumah, dan lingkungan kerja yang mendukung kesehatan mental. Dengan teknologi yang semakin canggih, banyak pekerjaan yang bisa diselesaikan tanpa harus berada di kantor sepanjang hari. Generasi ini cenderung memilih karir yang memungkinkan mereka tetap produktif sambil tetap menjaga kualitas hidup.

Studi dari McKinsey menunjukkan bahwa 60% Generasi Z menganggap keseimbangan hidup-kerja sebagai faktor kunci dalam memilih pekerjaan mereka. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya bagi perusahaan untuk beradaptasi dengan kebutuhan ini.

Pekerjaan Informal: Kebebasan dan Fleksibilitas

Pekerjaan informal, seperti freelancer, content creator, dan gig economy, menjadi pilihan menarik bagi Generasi Z. Jenis pekerjaan ini menawarkan kebebasan untuk mengatur waktu kerja sendiri dan kesempatan untuk mengejar passion tanpa terikat pada struktur perusahaan yang kaku. Selain itu, pekerjaan informal sering kali memungkinkan mereka untuk mempelajari keterampilan baru dan membangun jaringan profesional yang luas.

Sebuah contoh nyata adalah Maria, seorang freelancer desain grafis yang berhasil menyeimbangkan karirnya dengan hobi traveling. "Dengan bekerja secara fleksibel, saya bisa mengambil proyek yang saya suka dan tetap punya waktu untuk mengeksplorasi tempat-tempat baru," kata Maria.

Menghadapi Tantangan

Meski memiliki banyak keuntungan, pekerjaan informal dan upaya menjaga keseimbangan hidup-kerja juga datang dengan tantangan. Kurangnya stabilitas finansial dan perlindungan sosial menjadi isu yang perlu diperhatikan. Oleh karena itu, penting bagi Generasi Z untuk memahami cara mengelola keuangan pribadi dengan baik dan mencari alternatif perlindungan, seperti asuransi kesehatan dan tabungan pensiun.

Menurut survei dari Freelancers Union, sekitar 57% pekerja informal mengkhawatirkan stabilitas finansial mereka di masa depan. Ini menunjukkan perlunya strategi manajemen keuangan yang matang bagi para freelancer.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline