Oleh: Syamsul Yakin dan Muhammad Rifqi Sya'ban
Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jika dilihat secara praktis, retorika dan dakwah harus mengusung adab. Apa saja yang baik digunakan dan apa saja yang buruk harus ditinggalkan. Baik komunikator (orator dan da’i) maupun komunikan (audiens dan mad’u), baik dan buruk dalam konteks ini berlaku secara umum.
Selain itu secara generik, adab dalam Islam adalah aturan tentang sopan santun yang digali dari al-Qur’an. Islam memandang adab berada diatas ilmu, adab inilah yang kemudian digunakan untuk menjalin komunikasi secara dialogis antar manusia.
Kesopanan, keramahan, dan kehalusan Budi pekerti lebih di utamakan di dalam komunikasi Islam. Membuat komunikasi Islam tidak hanya berorientasi pada hasil namun juga pada proses. Dari sinilah nampak keutamaan adab dalam retorika dakwah.
Islam memandang adab sebagai sebongkah aturan yang bersifat memaksa. Sementara akhlak adalah panggilan hati tanpa paksaan, mudahnya akhlak adalah respons spontan. Sementara akhlak atau respons spontan orator atau dai muncul begitu saja saat ceramah atau pidato. Hal itu muncul bukan karena terikat aturan agama atau budaya, direncanakan, atau dibuat-buat. Namun akhlak bisa dipelajari, diulang-ulang, dan dibiasakan. Inilah yang membedakan antara adab dan akhlak.
Bagi orator dan da'i, secara aksiologis, adab bermanfaat membimbing mereka menjadi manusia yang lebih baik dalam berpikir dan bertindak menurut waktu dan tempat tertentu. Kemudian inilah yang diistilahkan sebagai ethos dalam ilmu retorika yang nantinya turut memengaruhi pendengar.
Dapat dipahami berdasarkan paparan di atas adab retorika sebagai berikut. Pertama, aturan mengenai kesopanan, keramahan, dan Budi pekerti pada saat bertutur untuk mengajak manusia berbuat baik. Dalam konteks ini sebongkah aturan yang mengikuti dialamatkan pada da’i atau orator.
Yang kedua, adab retorika dakwah adalah aturan mengenai apa saja yang baik dan buruk yang mengikat dan harus dipatuhi pada saat da’i berdakwah atau orator berpidato. Yang ditekankan dalam adab retorika dakwah adalah menjaga diri dari sifat salah, atau pada jalan yang benar.
Dan yang ketiga, adab retorika dakwah tak lain adalah cerminan baik dan buruknya da’i. Selain itu orator yang tampil di segala media, baik panggung dan mimbar (media tradisional), radio dan televisi (media konvensional), maupun dalam platform media sosial (new media).