Lihat ke Halaman Asli

Dedikasi Tanpa Batas: Bu maryanti membangun keluarga dan pendidikan

Diperbarui: 16 Januari 2025   08:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: doc pri

Maryanti, yang akrab dipanggil Bu Yanti, lahir di Wonosobo, Jawa Tengah, pada 29 Juni 1978. Ia merupakan seorang ibu rumah tangga sekaligus guru Taman Kanak-Kanak (TK) di PAUD Kartika X-15, yang beralamat di Jalan Sindangsirna No. 6, Kota Bandung. Bu Yanti memiliki suami bernama Rahmat Setiawan, seorang guru silat, dan tiga anak yang menjadi sumber semangat dalam setiap langkah hidupnya. Anak pertama, Reaty Hana Syahdiah (Putri), baru saja lulus dari Universitas Pasundan Bandung. Anak kedua, Rahma Amalia (Putri), tengah menempuh pendidikan di SMP 29 Bandung, sementara anak bungsunya, Muhamad Rasyid Alfatih (Putra), masih berusia dua tahun.


MASA PENDIDIKAN BU MARYANTI


Perjalanan hidup Bu Yanti tidaklah mudah. Pendidikan awalnya dimulai pada tahun 1983 di TK Negeri Pertiwi Wadaslintang, yang kemudian dilanjutkan dengan menamatkan SD Negeri 3 Wadaslintang pada 1990, SMP Negeri 1 Wadaslintang pada 1993, dan SMA Negeri 1 Tambun Bekasi pada 1996. Keputusan untuk melanjutkan sekolah di Bekasi dikarenakan pada saat itu belum ada fasilitas pendidikan jenjang sma di Wonosobo, Jawa Tengah. Alhasil bu Maryanti mengikuti pakde/om yang bekerja di Kejaksaan Agung di Bekasi untuk menempuh jenjang SMA. Meskipun harus beradaptasi dengan lingkungan baru, perjuangan Bu Yanti untuk melanjutkan pendidikan tidak menghalanginya.

Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, Bu Yanti melanjutkan kuliah di Universitas Muhammadiyah Bandung pada usia 41 tahun. Ia menempuh pendidikan ini dari tahun 2019 hingga 2023, di mana ia terus berjuang untuk mencapai impiannya meskipun banyak tantangan yang harus dihadapi, baik dalam hal akademik maupun kehidupan sehari-hari. Bu Yanti menekankan bahwa kuliah bukan hanya untuk mendapatkan ilmu, tetapi juga sebagai sarana untuk belajar bersosialisasi, mengatasi masalah, dan membangun rasa percaya diri yang sempat hilang di masa lalu. Ia membuktikan bahwa pendidikan tidak mengenal batasan usia dan bahwa setiap orang berhak untuk terus belajar, meskipun tantangan hidup datang silih berganti.


PERJALANAN, PERJUANGAN DAN PENCAPAIAN


Bu Yanti adalah sosok wanita yang penuh dedikasi, baik dalam karier maupun dalam membangun kehidupan keluarga. Awal perjuangannya pada tahun 1996 hingga 1999, ia bekerja di beberapa perusahaan besar di Bekasi, seperti PT Usra Tampi Indonesia, PT MMS, dan yang terakhir PT Katolec. Di dunia profesional, Bu Yanti menunjukkan ketekunan dan komitmen yang tinggi dalam setiap peran yang dijalankannya, membuktikan bahwa ia mampu bersaing di dunia kerja yang penuh tantangan.

Pada tahun 2000, Bu Yanti memutuskan untuk melangkah ke babak baru dalam hidupnya, yakni menikah dengan Rahmat Setiawan, yang kini menjadi suaminya. Meski telah membangun keluarga, semangatnya dalam mengejar pendidikan dan kesejahteraan keluarga tidak pernah surut. Keputusan untuk menggabungkan karier dan tanggung jawab sebagai seorang ibu dan istri, menggambarkan dedikasinya yang tak kenal lelah dalam membangun kehidupan yang seimbang dan penuh kasih sayang.

Sebelum memutuskan untuk menjadi guru PAUD, Bu Yanti awalnya adalah seorang ibu rumah tangga yang berjualan sembako di rumahnya. Pendapatan dari suaminya sebagai guru silat tidak selalu mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Namun, nasibnya mulai berubah ketika ia sering mengantar anaknya yang kedua, Rahma Amalia, ke PAUD Kartika X-15. Di sana, Bu Yanti mulai tertarik dengan dunia pendidikan anak usia dini dan akhirnya memutuskan untuk menjadi guru TK.

Dengan hanya mengandalkan ijazah SMA, Bu Yanti mulai mengajar di PAUD Kartika X-15 dan menjalani profesinya dengan tekun. Ia juga membuka les privat informal di rumahnya dengan nama "Bimble Rahma", yang awalnya hanya untuk mencari pendapatan tambahan. Namun, dengan empati yang tinggi terhadap kondisi ekonomi sekitar, Bu Yanti akhirnya membuka les untuk tetangga yang membutuhkan bantuan, dengan biaya yang seikhlasnya. Ada yang membayar sedikit, bahkan ada yang tidak membayar sama sekali. Semua itu dilakukan demi membantu anak-anak yang membutuhkan pendidikan. Bu Yanti pun telah membantu beberapa anak untuk mendapatkan beberapa kursi di taman kanak, bagi mereka yang dikatakan kurang mampu.

Tidak berhenti sampai di situ, Bu Yanti memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Ia yakin bahwa mengejar ilmu tidak mengenal usia dan bahwa belajar adalah proses yang berkelanjutan. Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan, termasuk mengurus keluarga dan menjalani kehidupan sehari-hari yang penuh dinamika, Bu Maryanti tetap bertekad untuk menyelesaikan kuliahnya. Baginya, kuliah bukan hanya tentang memperoleh ilmu, tetapi juga tentang belajar bersosialisasi, mengatasi berbagai masalah, dan membangun rasa percaya diri yang selama ini kurang ia rasakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline