I. Pemimpin dalam Perpecahan
Matahari terbit di Gaza, mengecat langit dengan warna oranye dan merah muda yang hangat. Amina, seorang gadis berusia enam belas tahun, berdiri di halaman rumahnya, menghirup udara segar pagi. Meskipun kota ini dikenal karena konflik yang tak kunjung usai, Amina tetap memiliki impian dan harapannya.
Amina adalah seorang siswa yang cerdas dan penuh semangat. Ia merasa bahwa pendidikan adalah kuncinya untuk mengubah nasib Palestina. Setiap hari, ia pergi ke sekolah dengan tekad yang kuat untuk memperbaiki dunianya, yang hancur oleh perang dan ketidakpastian.
Sekolah adalah tempat di mana Amina bertemu dengan teman-temannya yang lain. Salah satunya adalah Kareem, seorang pemuda yang juga bercita-cita tinggi. Mereka sering berbicara tentang masa depan dan bagaimana mereka dapat menjadi pemimpin yang membawa perubahan ke tanah mereka.
Suatu hari, di sekolah, Amina dan teman-temannya mendengar kabar tentang seorang pemimpin muda Palestina yang sedang berkampanye untuk perdamaian dan persatuan di tengah-tengah konflik yang terus berkecamuk. Nama pemuda itu adalah Amir, dan cerita-cerita tentang kepemimpinan dan ketekunannya dalam memperjuangkan perdamaian telah menyebar dengan cepat.
Amina, Kareem, dan teman-temannya merasa terinspirasi oleh kisah Amir. Mereka ingin bertemu dengannya, menggali lebih dalam tentang visinya, dan belajar dari pengalaman dan pemikirannya yang bijak. Setelah berdiskusi, mereka memutuskan untuk menghadiri salah satu pidato Amir yang dijadwalkan di Gaza beberapa hari mendatang.
Hari acara tiba, dan ribuan orang berkumpul di sebuah lapangan terbuka di Gaza. Di panggung, Amir berbicara dengan penuh semangat tentang pentingnya perdamaian, persatuan, dan pendidikan. Kata-katanya mengalir seperti sungai, memenuhi hati dan pikiran semua yang mendengarkannya. Amina dan teman-temannya sangat terkesan dengan pemuda ini.
Setelah pidato, mereka berusaha mendekati Amir yang sedang dikerubuti oleh para pendukungnya. Dengan berani, Amina dan Kareem berhasil mendekatinya dan memperkenalkan diri. Amir merespons dengan ramah dan berbicara dengan mereka seakan-akan mereka adalah teman lama. Ia juga mengetahui tentang mimpi dan cita-cita mereka untuk menciptakan perubahan di Gaza.
Amir berkata, "Kalian adalah harapan Palestina. Untuk mencapai perdamaian, kita perlu generasi muda yang cerdas, berpendidikan, dan bersatu. Kalian dapat berperan dalam mewujudkan visi ini."
Ia kemudian meminta mereka untuk bergabung dalam kampanye perdamaian yang sedang ia pimpin. Amina, Kareem, dan teman-temannya merasa bahwa ini adalah peluang mereka untuk benar-benar berkontribusi dan memperjuangkan impian mereka.
Dalam beberapa minggu berikutnya, mereka bergabung dalam kampanye Amir, mengorganisir pertemuan-pertemuan di sekolah mereka, berbicara tentang perdamaian, dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial. Mereka merasa semakin kuat dan bersatu, merangkul impian mereka untuk menciptakan perubahan yang positif di Gaza.