Lihat ke Halaman Asli

MUHAMAD NAUFAL RAMADHAN

Mahasiswa/Ilmu Ekonomi/Universitas Brawijaya

Blockchain: Desain Sistem Cryptocurrency dalam Mengurangi Biaya Transaksi

Diperbarui: 18 April 2024   11:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: freepik.com

Apa itu Blockchain?

Blockchain secara singkat banyak dikenal sebagai distributed ledger technology. Sebuah blockchain adalah buku besar yang tumbuh secara konstan untuk menyimpan permanen seluruh transaksi secara aman, kronologi, dan tidak dapat diubah (Levy, 2023). Saya sendiri mengambil penjelasan yang mudah dipahami yaitu blockchain sebagai “database terdesentralisasi”, walaupun belum secara utuh menjelaskan.

Teknologi ini mengacu pada jaringan peer to peer terdesentralisasi sehingga informasi atau data menjadi lebih aman dan lebih transparan karena tersebar ke seluruh computer yang terhubung pada jaringan. Dikatakan aman karena hacker perlu membobol seluruh komputer yang mungkin berjumlah ratusan atau ribuan untuk mengubah data-nya. Lebih transparan adalah desain-nya sendiri yang terdesentralisasi sehingga publik mampu melihat informasi yang tersedia.

Cryptocurrency Pertama Bukanlah Bitcoin?

Teknologi blockchain bukanlah dikembangkan 2-5 tahun kebelakang, namun fundamental dari sistem-nya telah ada sejak 1991 atau 33 tahun lalu oleh Stuart Haber hingga di tahun 2008 Bitcoin lahir.

Bitcoin adalah produk yang hingga sampai saat ini terkenal dari kalangan awam dimana pada tahun tersebut Satoshi Nakamoto (tidak diketahui seorang atau sebuah kelompok) mempublikasi sebuah paper yang berjudul “Bitcoin: A Peer-to-Peer E-Cash System”.

Bitcoin sejatinya tidak benar-benar sebagai cryptocurrency yang pertama kali muncul. Pada beberapa tahun sebelumnya telah ada terlebih dahulu seperti Ecash (1983) oleh David Chaum dan Bitgold (1998) oleh Nick Szabo.

Layer 2 : Solusi dalam Meningkatkan Kapasitas Transaksi Cryptocurrency

Pada perkembangan-nya, Bitcoin sebagai cryptocurrency layer 1 memiliki kelemahan pada skalabilitas dan cost efficiency. Hal ini setelahnya memunculkan solusi berupa layer 2 untuk mengatasi kelemahan dari pendahulu-nya dan akan dibahas selanjutnya sebagai inovasi dalam mengurangi biaya transaksi. Masalah skalabilitas pada Blockchain adalah dimana kapasitas penyimpanan transaksi masih terbatas. Blockchain ini disebut Blockchain layer 1 sebagai mekanisme dasae yang menawarkan keamanan lebih.

Selanjutnya solusi atas permasalahan pada layer 1 memunculkan Blockchain layer 2 dimana menawarkan skalabilitas yang lebih baik. Skalabilitas yang dimaksud adalah kapasitas jaringan blockchain dalam memproses suatu transaksi. Blockchain layer 2 menggunakan protokol layer 1 sebagai infrastruktur keamanan sehingga jaringan layer 2 sendiri lebih fleksibel dalam meningkatkan kapasitas dari sisi pemrosesan transaksi.

sumber : id.pinterest.com

Contoh dari Blockchain layer 1 sendiri yang terkenal dikalangan awal yaitu Blokchain (2008), Ethereum (2014), dll. Pada tanggal 1 Agustus 2017, sebuah Blockchain layer 2 lahir dari Blockchain Bitcoin yang dinamakan Bitcoin Cash. Bitcoin Cash sebagai layer 2 bergantung pada jaringan Blockchain Bitcoin dengan menawarkan skalabilitas berupa peningkatan kapasitas transaksi setiap block yang awalnya hanya 1 MB pada Bitcoin menjadi 32 MB pada Bitcoin Cash sehingga kecepatan dalam memproses transaksi lebih cepat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline