Orang tua bisa membesarkan anak-anaknya menjadi dewasa sehingga mereka bisa mandiri dan meneruskan warisan apa yang diajarkannya. Hal ini merupakan sesuatu yang alamiah terjadi di semua spesies dari manusia sampai hewan, berlaku pula dengan pembinaan yang berbeda-beda sesuai dengan insting masing-masing. Tetap berbeda tidak bisa disamakan antara manusia dengan hewan. Hewan bertahan hidup sesuai dengan insting yang tertanam dalam dirinya, sedangkan manusia bertahan hidup dengan akal pikirannya. Tapi bisakah hubungan itu terjadi antar spesies? Di dunia nyata mungkin mustahil. Tapi setidaknya sudah ada beberapa karya sastra yang menuliskan peristiwa ini.
Ibn Thufail seorang filsuf Andalusia pada abad ke-12 menuliskan kisah alegoris yang berjudul Hayy ibn Yaqdhan (Alive, son of awake). Novel ini merupakan novel filsafat Arab yang menceritakan tentang kehidupan seorang anak manusia yang diasuh oleh seekor rusa. Berawal dari kehidupan awal sebagai bayi manusia yang disusui oleh induk rusa, perlahan belajar berjalan dan berbicara menggunakan bahasa hewan yang ia pelajari dari hewan-hewan yang dikenalnya, hingga akhirnya pertemuan pertamanya dengan manusia lain. Kisah ini mengajarkan tingkatan pemikiran manusia yang bisa mengenal dirinya dengan dialektika dan pengenalan pertama dirinya dengan Sang Pencipta.
Selanjutnya kita mengenal kisah Tarzan, tokoh fiktif yang diciptakan oleh Edgar Rice Burroughs pada tahun 1912 dalam novel berjudul Tarzan of the Apes. Menceritakan seorang anak bangsawan Britania yang ditinggalkan di pantai Afrika. Kematian orang tuanya membuat Tarzan ditinggal sendiri dan harus diasuh oleh kera raksasa. Hingga akhirnya Tarzan bertemu dengan Jane, seorang manusia yang menjadi idaman hatinya dan hidup bersamanya.
Kisah ini cukup populer sampai akhirnya difilmkan dalam banyak judul yang berbeda-beda. Puncaknya kepopuleran kisah ini dikenal dan disukai banyak orang lewat film animasi yang diproduksi oleh Walt Disney dengan judul Tarzan (1999) dan dijadikan live action dengan judul The Legend of Tarzan (2016), diperankan oleh Alexander Skarsgard (Tar- zan) dan Margot Robbie (Jane). Sebelumnya, tahun 1894, Rudyard Kipling menulis kisah dengan judul The Jungle Book, cerita antropomorfik dengan nilai-nilai moral. Kisah-kisah dalam tulisan Kipling terinspirasi dari kehidupannya selama di India. Sehingga latar dan tokoh dalam kisah ini terfokus di sana.
Namun yang paling populer dari kisah-kisah Kipling ini adalah kisah tokoh bernama Mowgli, seorang anak manusia yang dibesarkan oleh serigala. Kisah ini akhirnya difilmkan dalam bentuk animasi oleh studio Walt Disney dengan judul yang sama pada tahun 1967 dan dijadikan live action dengan judul yang sama pula pada tahun 2016.
Film ini bercerita tentang Mowgli (Neel Sethi), seorang anak manusia yang diasuh oleh kawanan Serigala yang dipimpin oleh Akela (Giancarlo Esposito) dan diasuh oleh Rakhsa (Lupita Nyong'o). Sebagai anak manusia yang tinggal dengan kawanan hewan, Mowgli mengalami banyak pelajaran hidup, termasuk konflik yang dialaminya dengan Shere Khan (Idris Elba), seekor Harimau Benggala. Tapi berkat bantuan kawanan serigala beserta temannya yang lain seperti Bagheera (Ben Kingsley), seekor macan kumbang dan Baloo (Bill Muray), seekor beruang sloth, Mowgli dapat menghadapi konflik tersebut.
Permasalahan utama dalam kisah ini adalah karena kemampuan manusia yang dapat mengendalikan bunga merah (api), yang dianggap sebagai penyebab kerusakan hutan oleh hewan. Termasuk trauma yang dialami oleh Shere Khan sendiri ketika menyerang ayah Mowgli. Bahkan seekor Gigantopithecus (Christopher Walken), seekor kera pra sejarah raksasa bernama Raja Louie, sangat menginginkannya karena anggapan bunga merah sebagai simbol kekuasaan.
Permasalahan yang terjadi dalam film ini sedikit banyak menyinggung manusia dan sifat serakahnya. Bunga merah tidak hanya diambil manfaatnya tetapi dijadikan sebagai alat untuk mengintimidasi lawan. Termasuk kekuatan dan kelebihan yang dijadikan simbol superioritas, bukan sebagai alat untuk membantu yang lemah. Film ini cukup berhasil di pasaran dengan pendapatan kotor 966 juta dolar dari anggaran 175 juta dolar. Berikut pula penilaian yang lumayan bagus untuk film live action IMDb: 7.4. Walaupun tetap, bagus tidaknya suatu film kembali ke selera masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H