Kemarin pada tanggal 15 November 2017 ada hal menarik yang di sampaikan Presiden Joko Widodo ketika berpidato di acara pembukaan Rakernas partai Nasdem, yakni sikap Gentle Presiden Joko widodo yang mengakui bahwa Indonesia selama ini sudah tertinggal dari negara-negara tetangganya, seperti Singapura, Malaysia dan Vietnam.
"Kita memiliki potensi besar, tapi kita juga harus menyadari bahwa kita ini sudah ditinggalkan oleh tetangga-tetangga kita. "Singapura, kita ditinggal. Malaysia, kita ditinggal. Vietnam, kita juga sudah kalah," kata Jokowi.
Kejujuran dan sikap Gentle Presiden Jokowi tersebut patut kita "Apresiasi"dua Jempol,walaupun di sisi lain kita sedih dan prihatin dengan tim ekonomi pemerintahan Jokowi saat ini, seperti Darmin Nasution, Sri Mulyani dan Rini Sumarno yang justru selama ini sering menutup-nutupi fakta tersebut, dan tim ekonomi itu tak mau jujur menyampaikan ke publik dan mengakui soal keterpurukan bangsa kita ini.
Negara kita adalah negara yang mempunyai potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang besar, namun sayangnya potensi-potensi besar tersebut tidak berbanding lurus dengan kemajuan dan kesejahteraan masyarakatnya.
Jika melihat sejarah bangsa-bangsa di Asia dan di komparasikan dengan Indonesia saat ini, 40 tahun yang lalu negara-negara di Asia sama miskinnya dengan Indonesia. Singapura misalnya mendapatkan kemerdekaan pada tahun 1965, pada waktu itu 70% keluarga di Singapura miskin, angka pengangguran rata-rata 14%, dan pendapatan perkapitanya masih US$ 516. Namun paska kemerdekaan, pertumbuhan ekonomi Singapura sejak tahun 70-an sampai 1999 rata-rata 8%, sekarang hampir 80% penduduk Singapura adalah kelas menengah, pendapatan perkapita penduduknya US$ 87.100 / Tahun, pengangguran hanya sekitar 1%.
Sementara itu negara Malaysia, memperoleh kemerdekaan pada tahun 1963, namun pertumbuhan ekonomi Malaysia sejak tahun 70 an hingga tahun 90 an rata-rata mencapai 8%. Pendapatan perkapita Malaysia sebesar US$ 27,200, sedangkan Vietnam pendapatan perkapitanya memang masih US$ 6.400, namun pertumbuhan ekonominya berturut-turut mencapai 6,5 hingga 7%, padahal Vietnam baru merdeka tahun 1975. Selisih 30 Tahun dengan Indonesia. dan menurut laman Bloomberg businessweek, Vietnam bakal menggantikan China menjadi Primadona Asia, Investasi Asing (FDI) Vietnam sudah mencapai US$ 12,35 M.
Faktanya, bangsa kita memang terus tertinggal dengan bangsa-bangsa lainnya. Menurut presiden Joko Widodo dalam pidato di Rakernas Partai Nasdem tersebut , Yang menyebabkan Indonesia tertinggal dari Singapura, Malaysia, dan Vietnam adalah karena faktor produktivitas, etos kerja, dan pola pikir.
Dulu di awal-awal pemerintahannya, Presiden Joko Widodo pernah menyampaikan pidato sambutan di acara peringatan 60 tahun KAA di JCC (22/4/2015) Jakarta, bahwa keberadaan lembaga keuangan dunia seperti Bank Dunia, IMF dan ADB tidak bisa lagi diandalkan untuk menyelesaikan masalah perekonomian bangsa. "Ada pandangan bahwa persoalan ekonomi dunia hanya dapat diselesaikan oleh Bank Dunia, IMF dan ADB. Itu adalah pandangan yang usang dan perlu di buang". Kata Jokowi dalam Pidato tersebut.
Namun sayangnya, satu tahun setelah pidato Presiden Jokowi tersebut berlalu, yang terjadi justru sebaliknya, orang orang yang selama ini dikenal sebagai kaki tangan utama Bank Dunia justru merangsek masuk di lingkaran kekuasaan pemerintahan Joko Widodo, dia adalah Si Mulyani Indarwati yang menjabat sebagai Menteri Keuangan RI dan dikenal sebagai tokoh utama Neoliberalisme Indonesia saat ini.
Selain itu Darmin Nasution yang bernalar Neolib juga masuk sebagai Menko Perekonomian, dan Rini Sumarno dengan agenda Liberalisme aset-aset strategis negara yang menguasai hajat hidup rakyat telah menjabat sebagai Meneg BUMN. Jangan kaget kalau akhir-akhir banyak aset-aset negara strategis yang mestinya dikelola negara untuk kesejahteraan rakyat berencana akan di jual, seperti bandara, jalan tol dan pelabuhan-pelabuhan.
Luluh lantah sudah agenda besar Tri Sakti dan Nawa Cita Presiden Joko Widodo, pertumbuhan ekonomi 7 % yang pernah dijanjikan Presiden Joko Widodo juga tak pernah terwujud alias jadi angin lalu belaka. Tri Sakti dan Nawa Cita Joko Widodo jadi bahan cibiran rakyat, banyak analis politik menilai elektabiitas Presiden Joko Widodo Menurun akibat gagalnya pemerintahan Joko Widodo dalam menepati janji-janji kampanyenya itu.