Lihat ke Halaman Asli

Muhamad Iqbal Al Hilal

Freelance Writer

Apa Salahnya Jika Laki-Laki Tidak Menyukai Sepak Bola

Diperbarui: 11 Desember 2022   07:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi sepak bola/Foto: Kumparan 

(11/12/2022)- Sepak bola bisa dikatakan sebagai salah satu olahraga yang paling digemari, paling banyak ditonton dan paling banyak dimainkan oleh semua orang di muka bumi. Olahraga yang berfokus pada berhasil atau tidaknya sebuah bola masuk ke gawang lawannya ini berasal dari negeri asal band The Beatles, tidak lain dan tidak bukan adalah Inggris.

Sudah sejak lama olahraga yang dimainkan oleh dua regu berjumlah sebelas orang ini seolah diibaratkan sebagai penanda atau ciri dari adanya maskulinitas oleh sebagian besar Laki-laki di Indonesia bahkan sebagian negara di dunia. Karenanya tidak mengherankan jika sepakbola mayoritas lebih digemari oleh pria ketimbang perempuan.

Adanya kebiasaan mengaitkan atau beranggapan bahwa sepak bola merupakan penanda normal atau tidaknya seorang Laki-laki merupakan kesalahan besar dan tidak ada dalam sejarahnya seorang pria yang bisa dikatakan normal atau tidaknya hanya karena satu cabang olahraga belaka seperti sepak bola.

Gegap gempita Piala Dunia 2022  di Qatar seolah kembali menghidupkan streotip mengenai maskulinitas terhadap para penonton setia dari permainan yang dikenal sering terjadi anarkis suporter tersebut.

Padahal sejatinya hobi atau kesukaan seseorang tidak harus dipukul rata harus menyukai hobi atau sekedar olahraga yang sama agar dianggap normal. Padahal olahraga lain seperti basket, volly, badminton dan lain sebagainya juga merupakan hobi dan tidak berpengaruh pada kejantanan seorang pria.

Bagi para kaum Adam yang tidak gemar bola biasanya akan dihadapkan oleh lingkungan yang secara tiba-tiba langsung menyebut mereka sebagai seorang pria yang tidak normal, tidak asyik, bahkan cenderung diabaikan jika tidak menyukai hobi tersebut.

Hal ini tentunya sama dengan Feminisme yang digaungkan oleh para perempuan di Indonesia dan dunia yang menuntut persamaan sederajat dengan laki-laki dalam berbagai aspek namun tidak melupakan aspek dari kodrat perempuan sebagai ibu rumah tangga yang mengurus jalannya berbagai aktivitas di rumah.

Ibaratnya seorang perempuan tidak bisa berdandan dengan rapih dan cantik akan dianggap bukan seorang perempuan dan cenderung disamakan sebagai orang yang tidak normal, tidak tahu apa-apa dan lain sebagainya yang sama saja seperti stigma terhadap laki-laki yang tidak menyukai sepak bola.

Tidak mengherankan sebetulnya kenapa masyarakat Indonesia lebih menyukai bola ketimbang olahraga lainnya karena menurut data yang didapatkan dari Nielsen Sport dikutip dari CNN Indonesia dijelaskan bahwa sebenarnya sebanyak 77 persen orang di Indonesia menyukai olahraga yang mengedepankan fair play tersebut.

Hal ini juga diakibatkan oleh adanya untuk ambisi agar timnas Indonesia bisa masuk ke Piala Dunia, jika dilihat dari fakta historis Indonesia yang kala itu masih bernama Hindia-Belanda pernah bermain di Piala Dunia Prancis tahun 1938 namun sayangnya kala itu tim nasional yang beranggotakan etnis Tionghoa, Indo Eropa, dan orang Indonesia masuk kualifikasi setelah Jepang memilih untuk mengundurkan diri kala itu. Akibatnya Hindia-Belanda kalah telak 0-6 ketika melawan Hungaria saat itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline