Lihat ke Halaman Asli

Muhamad Iqbal Al Hilal

Freelance Writer

Ende: Antara Pengasingan, Soekarno dan Pancasila

Diperbarui: 28 Juni 2022   12:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Soekarno bersama dengan keluarga semasa pengasingan di Ende,Flores,Nusa Tenggara Timur/ Foto: BPCB Kemdikbud 

(28/06/2022)- Soekarno merupakan murid dari Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, yang juga sekaligus guru dari Semaun dan Kartosuwiryo pada mulanya ketiga murid dari tokoh Sarekat Islam tersebut, berjalan akrab namun lambat laun ketiganya berbeda haluan. Soekarno condong kepada nasionalisme dan demokrasi, Semaun berhaluan Komunis dan Sosialis serta Kartosuwiryo berhaluan agamis.

Pancasila dasar negara Indonesia yang dihasilkan oleh Soekarno, di bawah pohon Sukun di Pulau Ende, Flores,Nusa Tenggara Timur semasa pengasihan pria yang lahir di Surabaya tahun 1901 itu.

Ende ketika itu belum dikenal sebagai pulau yang bersahaja serta indah melainkan hanya sebuah pulau kecil yang jauh jaraknya cukup jauh dari Jawa. Soekarno mendapatkan perlakuan yang berbeda dengan tokoh-tokoh nasional lainnya yang diasingkan oleh pemerintah Kolonial Hindia Belanda, di Boven Digul, Papua.

 Alasan pendiri dari Partai Nasional Indonesia (PNI) ini diasingkan ke Ende karena dikhawatirkan jika ia disatukan di Digul 2000 tahanan di sana akan memberontak karena Kusno ( nama lahir Soekarno) dikenal sebagai orator ulung yang mampu membangkitkan semangat pemberontakan terhadap kolonial.

Selama pengasingan di Ende dari tahun 1934-1938 ia hanya ditemani oleh Istrinya Inggit Garnasih, mertuanya Ibu Amsi dan dua orang anak angkat. Pada awalnya, Soekarno merasa terpukul karena dijauhkan dari Jawa dan diasingkan di Ende.

Patung Soekarno dibekas berdirinya Pohon Sukun di Ende/Foto: Okezone.com

Namun, beberapa tahun kemudian mertua dari Soekarno yakni Ibu Amsi meninggal akibat wabah malaria yang merebak saat itu. Ia bersama dengan tokoh dan masyarakat setempat membawa serta memakamkannya di Ende.

Dalam pengasingan inilah bapak bangsa Indonesia ini, sering termenung dibawah pohon Sukun yang kemudian ia terinspirasi oleh bentuk pohon tersebut untuk membuat sila-sila yang kelak kita kenal sebagai Pancasila.

Namun kala itu, nama Pancasila belum ada dan terpikirkan. Dalam pengasingan selama empat tahun di Ende, Soekarno memiliki kebiasaan baru yaitu lebih mengenal apa itu perbedaan, dan mulai memperdalam agama serta turut aktif dalam kegiatan bermasyarakat termasuk dalam sebuah pementasan drama yang berisikan ajakan untuk kemerdekaan Indonesia.

Inggit Garnasih yang senantiasa menemani selama dimasa pengasingan terus sabar,dan berdoa agar segera dipindahkan dari sana. Benar saja kemudian ia sekeluarga dipindahkan ke Bengkulu. Hal ini dilakukan karena Soekarno sakit, dan untuk meredam gejolak jika ketahuan oleh para tokoh dan masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline