(19/02/2022)- Kerajaan Belanda mulai melakukan pelayaran untuk mencari wilayah penghasil rempah-rempah yang melimpah mengikuti sejumlah perjalanan yang sudah dilalui beberapa negara tetangganya seperti Portugis ( Portugal) dan Spanyol yang sudah terlebih dahulu berekspansi dan menjelajahi bagian dunia lain.
Belanda yang saat itu belum memiliki niatan menjajah wilayah kepulauan Nusantara karena seperti kita ketahui bersama armada laut Cornelis de Houtman sampai ke Pelabuhan di Banten tahun 1595 ada juga yang berpendapat Belanda datang pada tahun 1596.
Sebelumnya Portugis sudah sampai terlebih dahulu di Selat Malaka tahun 1511 karena dirasa Selat Malaka merupakan jalur penting perdagangan pada masa itu. Dengan hal ini, maka secara tidak langsung kekuasaan Kesultanan Malaka runtuh dan kekuatan Kerajaan Aceh mulai hadir dan bersiap melakukan perlawanan pada tahun 1529 nantinya.
Setelah penguasaan Portugis terhadap Malaka maka pada tahun itu juga Malaka yang tadinya sibuk dan ramai mulai sepi dan merosot popularitasnya diakibatkan adanya keengganan sejumlah pedagang melintasi Malaka sampai akhirnya secara perlahan bandar pelabuhan pindah ke wilayah Kesultanan Aceh.
Aceh sendiri giat melakukan perlawanan terhadap Portugis dan berhasil mengusirnya tahun 1524 dan menguasai wilayah Pidie sampai Deli. Akibat kalahnya Portugis hal ini membuat Aceh pada akhirnya harus berhadapan dengan Kesultanan Johor yang sekarang masuk wilayah Malaysia.
Sampai akhirnya Aceh sendiri berhasil menguasai sejumlah wilayah lain misalnya Bintan tahun 1614, Pahang tahun 1617 dan Johor tahun 1624.
Namun, sayang di tahun 1629 Aceh mengalami kekalahan meskipun demikian, Aceh tetap bisa mempertahankan eksistensinya sampai awal abad ke-20 meskipun popularitasnya tidak sekuat kepemimpinan Sultan Iskandar Muda.
Nah kita kembali ke pembahasan mengenai Belanda. Pada tahun 20 Maret 1602 Belanda mendirikan Vereenigde Oostindische Compagnie ( VOC) atau kita lebih mengenalnya sebagai kongsi dagang Belanda di Hindia-Belanda.