Lihat ke Halaman Asli

Muhamad Husni Tamami

Penulis, Jurnalis, dan Entrepreneur

Bandung Selalu Ada Cerita dan Tinta

Diperbarui: 12 Oktober 2020   11:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Hari ini saya kembali ke Kota Bandung. Kota dengan sebutan Kota Kembang ini memberikan banyak makna hidup kepada saya. Di kota ini juga saya banyak belajar tentang bagaimana arti sebuah perjuangan. Beberapa tahun terakhir saya memang sering ke kota ini untuk rapat, silaturahmi, maupun agenda pribadi lainnya.

Agenda hari ini bukan rapat atau kegiatan, melainkan mengantar sahabat saya untuk membereskan pakaian-pakaian yang ada di asrama putra Universtitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Saat menunggu antrean di ruang sekretariat, saya sempat bertemu dengan mahasiswa UPI angkatan 2018. Namanya Yuni Sartika, ia asal dari Cianjur. Ternyata dia juga punya rumah di Cijati, Cianjur. Cijati adalah jalur kampung halaman abah saya. Jadi, kalau ke rumah orang tua abah saya jalurnya ke arah Cijati.

Selain itu, ternyata dia juga memiliki teman di IPB jurusan Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat angkatan 2018. Satu jurusan dengan saya. Namanya Garnita, kata dia. Ternyata Garnita itu adalah kakak tingkat yang pada hari ini saya komunikasi untuk meminta data base-nya. Pikir saya, hidup ini saling satu menyatukan. Kadang kita dipertemukan untuk lebih mempererat silaturahmi.

Singkat cerita, pakaian di asramanya sudah rapi. Beberapa dimasukkan ke dalam koper. Ada juga yang di kresek, tote bag, dan tas. Lumayan banyak. Semua barang itu harus segera dikeluarkan, karena asramanya akan segera disterilkan.

Sahabat saya, Saepul Sa'ban langsung memesan jasa pengiriman barang melalui salah satu platform digital. Saya diminta untuk ikut di mobil yang mengantar barang tersebut. Saban akan menyimpang barang tersebut di temannya, Faisal, di daerah Pasar Baru, Bandung. Sebetulnya bukan rumahnya Faisal, tepatnya rumah neneknya Faisal.

Saya bersama supir mulai melaju ke arah Pasar Baru. Saya tidak fokus melihat jalan karena sibuk dengan gawai. Bukan tak peduli, tetapi di gawai saya muncul notifikasi dari grup PADI Jawa Barat 2020. Isinya tentang rapat yang akan dilaksanakan pukul 16.00 WIB. Saat itu jam menunjukkan pukul 16.00 WIB kurang beberapa menit. Saya stand by di gawai agar tidak tertinggal informasi.

Tidak terasa, mobil yang membawa barang-barang Saban sudah sampai di Pasar Baru, Bandung. Saya disambut oleh Faisal. Tidak lama pula Saban muncul melalui motornya. Kami mulai menurunkan barang-barang dan merapikannya di rumah neneknya Faisal.

Usai salat, satu di antara kami memutuskan untuk ke Masjid Agung Kota Bandung. Lokasinya memang tidak jauh. Kami menempuh dengan jalan kaki sekitar 15 menit.

Di perjalanan, tepatnya di Jalan Soedirman Bandung saya mengamati jalanan begitu sepi. Kendaraan lancar tanpa ada kemacetan. Saya pikir, mungkin ini dampak dari Covid-19. Kalau tidak salah, jalanan ini biasanya sore ramai, tetapi ini sepi. Tak biasanya.

Awalnya saya pikir di Masjid Agung Kota Bandung yang dekat Alun-Alun Bandung itu akan sepi juga, tetapi ternyata di tempat itu ramai. Ramai dengan pengunjung dan ramai pula dengan pedagang kaki lima. Namun, untuk alun-alunnya masih ditutup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline