Lihat ke Halaman Asli

Aku dan Hidup, Berguru Terhadap Keadaan

Diperbarui: 28 November 2024   14:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Keadaan merupakan perjalanan hidup yang pernah kita rasakan, baik suka ataupun duka, itulah sebuah keadaan yang tentunya pernah kita rasakan. Terkadang sebuah keadaan ini memungkinkan manusia bahagia atau bahkan kecewa. Mengapa seperti itu? Manusia pada dasarnya akan melewati rasa bahagia dan kecewa, dan kedua itulah yang disebut dengan sebuah keadaan manusia yang sedang dilalui dalam hidupnya.  Namun menurutku sebuah keadaan sudah menjadi bahan refleksi manusia ketika sudah melewati dari keadaan itu sendiri. Kebanyakan keadaan kecewa, yang dimana disitu pasti tersimpan rasa duka yang dirasakan manusia. Sebagai manusia yang berpikir, keadaan semacam itu akan dijadikan sebuah bahan pembelajaran untuknya melanjutkan kehidupan.

Dengan dinamisnya kehidupan, tentunya manusia akan terus merasakan sebuah keadaan di setiap harinya. Sebagai manusia yang mempunyai rasa, sebuah keadaan ini terkadang menjadi amarah yang tidak tertampung. Apalagi ketika sebuah keadaan yang sampai menimpa ke titik nadir kehidupannya, seakan musuh terbesar manusia sejak itu ialah sebuah keadaan dari titik nadir tersebut. Rasa yang semakin carut marut membuat manusia melampiaskan emosionalnya dengan amarah yang begitu besar.

Biasanya Mimpi besar yang belum terlaksana, itupun menjadi masalah bagi manusia. Permasalahnnya ialah mimpi yang belum terlaksana, akibatnya ialah terjatuh pada keadaan duka. Sebuah keadaan bagaimana kita menaruhkan diri kita terhadap sesuatu, bisa saja mimpi besar yang belum terlaksana itu tidak akan membuat terjatuhnya kita pada keadaan duka. Bila kita memahami, bahwa tidak semua mimpi harus terlaksana pada waktu yang dekat. Bukankah seperi itu? Hendaklah kita terus menjadi manusia berpikir dalam pelbagai situasi. Putus asa bukanlah tawaran menarik yang harus di ambil, putus asa terlalu kecil bagi mimpimu yang besar itu. 

Terkadang pikiran yang bijaksana selalu kita lupakan dalam memahami kehidupan, kita selalu di porak porandakan oleh diri kita sendiri. Kita selalu mengejar sebuah mimpi besar itu karena ingin merasakan keadaan yang bahagia, yaitu sukses. Teringat kalimat bijaksana yang dikemukakan oleh penulis sohor yang bernama Viktor E Frankl. Kira kira seprti ini, "jangan menjadikan kesuksesan sebagai tujuan, semakin anda menjadikan kesuksesan sebagai tujuan dan target utama, semakin anda akan menjauh dari nya". Hemat penulis, bahwa semakin kita mengejar mimpi kita maka kemungkinan besar keadaan kecewa itu akan sering bermunculan pada kehidupan kita. Mengapa seperti itu? Tentu, karena kita fokusnya terhadap mimpi kesuksesan itu, bukan pada cara bagaimana mengejar mimpi suksesnya, kira-kira seperti itu.

Relasi matematik dengan mimpi kita

Dalam matematika kita selalu di kasih tau banyak rumus untuk memecahkan soal yang rumit itu. Mengapa guru kita selalu menekankan pahami dulu soalnya baru tentukan rumusnya? Bukan silahkan tentukan jawabannya dari soal itu. Pastinya bila kita memilih pilihan yang kedua, sampai kapanpun akan selalu berkutat soal tersebut. Karena apa? Karena kita tidak tau rumus dari soal itu, dengan kita tidak tahu rumusnya, bagaimana kita bisa menjawab soal itu? Kondisi semacam ini merupakan bukan kondisi yang asing lagi, sepertinya manusia selalu berfokus pada mimpinya, bukan pada cara atau rumusnya.

Bukankah itu sebuah keadaan yang menyebalkan? Tentu iya, yang lebih menyebalkannya diri kita pula yang membawa terhadap kondisi yang buntu itu, kita tidak mengetahui rumusnya tapi sudah berpaling pada jawabannya, yang kita tidak tahu bagaimana menjawab soal tersebut. Terkadang melalahkan ketika kita selalu berada pada keadaan seperti itu, mungkin karena lupa, tidak tahu atau bahkan terlalu nafsu karena ingin mengejar mimpi itu. Sehingga kita tidak menemukan bagaimana cara menggapai mimpi kita.

Menggapai -- dari sebuah keadaan

Demi terealisasinya mimpi besar itu, hendaklah kita berpikir dengan bijaksana, penuh kehati-hatian, fokus dan konsisten, serta cerdas memecahkan masalah akan membawa kita melebihi dari mimpi yang sudah kita bangun. Bagaimana itu bisa terjadi? Tentunya dari keadaan-keadaan yang pernah mampir ke dalam hidup kita, lebih dalamnya lagi keadaan yang duka dan kecewa. Belajar dari keadaan seperti itu akan membuat kita berhati-hati dalam melangkah, memberikan motivasi untuk konsisten serta menemukan rumus yang tepat.

Karena pada prinsipnya semua apapun yang kita harapkan pasti memiliki caranya masing-masing. seperti contoh simplenya, untuk  kita menjadi bahagia ialah mensyukuri bahwa kita masih bisa berada di titik ini, walaupun berat. Tapi bukankah itu patut kita apresiasi? Tentu iya, karena tidak semua jalan menuju bahagia menggunakan cara yang sama, semua ada rumusnya. Bagaimana kita menentukan rumus yang tepat terhadap carut marutnya kehidupan. Sehingga kita bisa berada pada keadaan yang bahagia itu. Bukankah itu yang kita harapkan?

Hemat penulis seperti ini, belajar dari sebuah keadaan yang pernah terjadi sebelumnya merupakan tawaran menarik, keadaan suka dan duka itu menjadi sebuah nilai yang harus kita dapatkan saat ini. Karena penentuan langkah kedepan bagaimana kita belajar dari jejak yang pernah di lalui.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline