Lihat ke Halaman Asli

Sayid Qutb Tokoh Pemikir Sejarah Islam Modern

Diperbarui: 20 Desember 2024   20:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sayid Qutb Tokoh Pemikir Revolusioner dan Kontroversi Sejarah Pemikiran Islam Modern

Sayid Qutb adalah salah satu tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah pemikiran Islam modern. Lahir pada tahun 1906 di Mesir, ia menjadi simbol perjuangan ideologis yang tidak hanya membentuk wacana keislaman di dunia Arab tetapi juga menginspirasi berbagai gerakan Islam di seluruh dunia. Namun, pemikiran Qutb juga tidak lepas dari kontroversi. Di satu sisi, ia dipuja sebagai pemikir revolusioner yang berani menantang hegemoni Barat dan rezim otoriter; di sisi lain, ia dikritik karena dianggap menjadi sumber ideologi ekstremisme. Bagaimana seharusnya kita memahami warisan intelektual Qutb dalam konteks modern?

Pemikiran Sayid Qutb: Jalan Menuju Revolusi Islam

Pemikiran Qutb mengalami transformasi radikal setelah kunjungannya ke Amerika Serikat pada 1948-1950. Pengalamannya di Barat memperkuat keyakinannya akan perlunya kebangkitan Islam sebagai solusi atas krisis moral dan spiritual yang ia saksikan. Dalam karya monumentalnya, Fi Zilal al-Qur'an ("Di Bawah Naungan Al-Qur'an"), Qutb menegaskan pentingnya menjadikan Al-Qur'an sebagai panduan hidup yang menyeluruh, bukan hanya sebagai kitab ibadah ritual.

Namun, gagasannya yang paling kontroversial tertuang dalam buku Ma'alim fi al-Tariq ("Petunjuk Jalan"). Di sini, Qutb memperkenalkan konsep Jahiliyah Modern, yang ia gunakan untuk menggambarkan masyarakat yang tidak hidup sesuai dengan nilai-nilai Islam, termasuk masyarakat Muslim sendiri yang dianggap telah terkontaminasi oleh pengaruh Barat. Konsep ini menjadi landasan bagi seruannya untuk melawan segala bentuk tirani dan membangun masyarakat Islam yang sejati melalui revolusi.

Inspirasi dan Kritik

Pemikiran Qutb telah menginspirasi banyak gerakan Islamis, seperti Ikhwanul Muslimin di Mesir dan berbagai organisasi lainnya di dunia Muslim. Gagasannya tentang Hakimiyyah (kedaulatan Allah) menjadi pilar penting bagi upaya membangun tatanan politik Islam yang berlandaskan syariah.

Namun, konsep-konsep Qutb juga menjadi subjek kritik. Para penentangnya menilai bahwa definisi Jahiliyah yang ia gunakan terlalu ekstrem, karena menganggap hampir seluruh masyarakat Muslim sebagai bagian dari "kegelapan". Hal ini dinilai membuka jalan bagi justifikasi kekerasan atas nama agama. Tidak sedikit pula yang menuduh bahwa pemikirannya memberikan legitimasi ideologis bagi kelompok-kelompok radikal, meskipun Qutb sendiri tidak pernah secara eksplisit menyerukan aksi terorisme.

Relevansi Pemikiran Sayid Qutb di Era Modern

Di tengah dunia yang semakin kompleks, warisan Qutb tetap relevan untuk dikaji. Kritiknya terhadap hegemoni Barat, sekularisme, dan dehumanisasi dalam sistem kapitalis masih memiliki daya tarik bagi banyak Muslim yang mencari alternatif spiritual dan politik. Namun, interpretasi ulang atas gagasan Qutb perlu dilakukan dengan pendekatan yang kontekstual, agar tidak terjebak dalam ekstremisme.

Selain itu, penting untuk memahami bahwa Qutb adalah produk dari zamannya. Karya-karyanya mencerminkan pergulatan intelektual dan politik yang sangat dipengaruhi oleh kolonialisme, represi rezim otoriter, dan kekecewaannya terhadap modernitas Barat. Dalam konteks ini, pemikirannya harus dilihat sebagai upaya untuk menjawab tantangan zamannya, bukan sebagai doktrin absolut yang tidak dapat diubah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline