Bulan November 2016 mungkin bisa menjadi bulan yang kelam bagi warga Pagarsih, Bandung. Sebab, pada hari itu daerah tersebut dilanda banjir, dan peristiwa banjir itu menjadi peristiwa banjir terparah yang melanda Pagarsih.
Pada medio tahun 2014-2016 Pagarsih sering dilanda banjir ketika musim hujan tiba. Dan puncaknya adalah ketika tahun 2016. Pada tahun tersebut dua mobil dan satu rumah menjadi korban kejadian banjir tersebut.
Satu mobil yang menjadi korban banjir tersebut sempat lama menghilang karena terbawa arus banjir tersebut. Butuh satu hari untuk menemukan mobil tersebut. Evakuasi pun dilakukan di tengah pemukiman padat.
Selain megahanyutkan mobil, banjir Pagarsih pada saat itu juga menhanyutka satu buah rumah. Meskipun begitu, tidak ada korban jiwa dalam kejadian banjir ini.
Banjir di daerah Pagarsih terjadi karena adanya curah hujan ang tinggi dan meluapya sungai Citepus ke jalan Pagarsih.
Pasca banjir besar yang melanda Pagarsih waktu itu, pemerintah langsung mengambil tindakan dengan menormalisasikan sugai Citepus.
Meskipun terhitung sering dilanda banjir sewaktu dulu, banjir di daerah Pagarsih tidak separah yag terjadi di Baleendah yang bisa mencapai satu pinggang orang dewasa.
Untuk sekarang, banjir yang terjadi di pagarsih hanya sampai lutut orang dewasa tidak seperti tahu-tahun sebelumnya yang tinggi airnya mencapai satu pinggang orang dewasa.
Walau begitu, tentu saja hal itu merugikan bagi pengguna jalan tersebut, karena daerah tersebut adalah daerah industri percetaka dan Pagarsih juga adalah salah satu rute alternatif untuk menuju ke pusat kota. Untuk menunggu air banjir surut, biasanya warga memerlukan waktu sekitar 15-30 menit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H