"Bosscha" bagi kebanyakan orang yang mendengar nama ini mungkan tidak asing lagi, karena nama ini digunakan sebagai nama sebuah bangunan observatorium di daerah Bandung. Tapi tahukah kamu kalau nama Bosscha itu merupakan nama seorang tokoh asal Belanda yang tinggal di Indonesia pada masa pemerintahan kolonial Belanda.
Mungkin kamu akan bertanya-tanya "mengapa nama Bosscha yang merupakan tokoh asal Belanda ini abadi menjadi nama bangunan di Indonesia yang bahkan terkenal hingga saat ini?" pertanyaan-pertanyaan seperti itu mungkin akan muncul karena yang kita ketahui mengenai Belanda seputar dengan penjajahan dan pastinya merugikan bagi Indonesia saat itu.
Tapi perlu diketahui tidak semua Belanda itu menindas atau jahat, ada Bosscha yang menjadi sosok dermawan yang memiliki jasa yang besar. Artikel ini akan mengupas lebih dalam mengenai sosok Bosscha dan berbagai fakta menarik lainnya.
Bosscha atau yang mempunyai nama lengkap "Karel Albert Rudolf Bosscha" ini adalah seorang tokoh yang lahir di Belanda lebih tepatnya di Den Haag pada 15 Mei 1865 dan datang ke Jawa pada tahun 1887 untuk pertama kalinya yang bertugas membantu pamannya yang bernama Kerkhoven dalam menjalankan dan mengelola perkebunan Sinagar hingga nantinya Bosscha mengelola perkebunan teh miliknya sendiri yang berlokasi di Malabar.
Perkebunan ini dikelola dengan sangat baik bahkan ketika meninggal Bosscha ingin dimakamkan di area perkebunan miliknya ini, sehingga pada 26 November 1928 ketika wafat Bosscha benar-benar dimakamkab di perkebunan teh Malabar dengan dikelilingi beberapa pohon teh yang tumbuh menjulang.
Bosscha dan Malabar
Perkebunan teh Malabar adalah salah satu perkebunan teh yang maju karena banyak sekali inovasi yang dilakukan oleh Bosscha selaku pemiliknya, dibangun pada tahun 1896 dan terletak di daerah Pangalengan, Jawa Barat ini berada diketinggian 1550 Mdpl.
Perkebunan ini merupakan perkebunan yang terbesar pada saat itu karena memiliki peningkatan hasil produksi yang besar serta adanya perluasan lahan perkebunan dari tahun ke tahun.
Di perkebunan ini terdapat mesin yang memanfaatkan tenaga air dari Sungai Cilaki untuk penerangan dan juga menggerakan mesin di pabrik teh, tersedia perumahan untuk para pekerja dan juga didirikan sebuah sekolah yang diberi nama Vervoloog Malabar pada tahun 1901 untuk para buruh secara gratis.
Semua itu merupakan inovasi yang dikemukakan oleh Bosscha yang mampu memberikan kemajuan bagi perkebunan teh, selain inovatif Bosscha juga terkenal karena kemurahan hati dan sifat dermawannya sehingga mendapat julukan "Raja Teh Priangan yang dermawan".
Bosscha dan Peneropongan Bintang di Lembang