Lihat ke Halaman Asli

Muhamad Nurdin

Mari Sama-sama Menjadi yang Terbaik

Sepenggal Pengalaman Religius di Suatu Ramadan

Diperbarui: 21 April 2024   17:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

huffpost.com

Sepenggal Pengalaman Religius Disuatu Ramadan

 

 

Kala hari mulai senja, sore itu saya menyempatkan diri untuk berbuka puasa disuatu pujasera di kota Bandung, tidak ada yang luar biasa sebenarnya, berjalan seperti orang yang berbuka puasa. Tapi bila dikatakan sederhanapun nampaknya tidak juga. Ada  pengalaman unik yang ingin kutulis dalam artikel yang sederhana ini.

Dengan tenang kusantap nasi goreng yang kupesan. Sesekali kunikmati juga segelas air manis yang ada didepanku. Memang benar kata para kyai yang selalu memberikan ceramah agama dimimbar-mimbar masjid. Bahwa kenikmatan orang yang berpuasa adalah saat kita akan berbuka.

Saat enak-enaknya menikmati nasi goreng, tiba-tiba saja saya dikejutkan dengan kehadiran bocah kecil. Waktu saya menoleh kepadanya, kupandang wajah  anak laki-laki yang lugu, umurnya sekitar 8 tahunan. Anak laki-laki itu membawa mangkuk pelastik, yang sesekali digosok-gosok. Dia berucap lirih didepanku, Om, kasihan, minta recehannya buat makan.

Sepontan kupandangi wajah yang lugu tersebut, berbarengan dengan itu saya sempat teringat kepada sajak karangan Sa'di Siradzi, 

 

Bila anak yatim menangis, siapa menghalau duka citanya?

Bila perasaannya tak terkendali, siapa yang peduli pada berangnya?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline