Selama mengikuti program ini, saya berkesempatan belajar dari Bapak Tatan Ridwan yang berperan sebagai fasilitator dan Bapak Nirwan Hadiansyah sebagai pengajar praktik. Sebelum kita mulai membahas materi pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan, mari kita renungkan bersama kutipan dari Bob Takbert berikut ini:
"Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik"
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Berdasarkan kutipan tersebut menegaskan bahwa pentingnya peran guru dalam membentuk karakter siswa. selain mentransfer ilmu pengetahuan, guru juga berperan sebagai pembina karakter yang baik. hal ini sejalan dengan dengan proses pembelajaran yang sedang Saya pelajari yaitu bahwa pendidikan karakter adalah fondasi utama dalam proses pembelajaran.
Nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita yaitu pengambilan keputusan yang efektif tidak hanya bergantung pada satu pendekatan, namun pada kombinasi yang harmonis antara Berpikir Berbasis Hasil Akhir, Berpikir Berbasis Peraturan dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli.
Dengan mempertimbangkan tujuan jangka panjang, aturan yang berlaku, serta dampak sosial dari setiap pilihan, kita dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana dan berkelanjutan, yang akhirnya akan menguntungkan baik individu maupun kelompok.
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan, Saya berupaya mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid dengan pengambilan keputusan yang berbasis keadilan adalah menjadi hal sangat penting.
Setiap keputusan yang saya ambil harus mempertimbangkan kebutuhan, minat dan potensi yang beragam dari setiap murid.
Dengan memberikan kesempatan yang sama bagi semua murid untuk belajar dan berkembang, saya dapat menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan memberdayakan. Kutipan lainnya dari Georg Wilhelm Friedrich Hegel yaitu:
"Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis"
Education is the art of making man ethical.
Menurut saya berdasarkan kutipan di atas, pendidikan merupakan sebuah proses pembentukan karakter yang berkelanjutan. melalui pendidikan, kita dapat menanamkan nilai-nilai moral dan etika yang menjadi dasar bagi perilaku manusia.
Seni dalam hal ini adalah kemampuan pendidik dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi tumbuh kembangnya karakter mulia.
Dengan memberikan teladan yang baik dan menciptakan pengalaman belajar yang bermakna, pendidik dapat membantu murid menjadi individu yang berkarakter kuat dan bertanggungjawab.
Berdasarkan pemahaman kita terhadap kedua kutipan di atas, kita dapat melihat betapa pentingnya pengambilan keputusan yang berlandaskan nilai-nilai kebajikan. Adapun rangkuman kesimpulan (Koneksi Antar Materi)pembelajaran modul 3.1, yaitu:
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Semboyan Pratap Triloka, "ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani", sangat relevan dalam konteks pengambilan keputusan seorang guru. Sebagai pemimpin pembelajaran, guru tidak hanya harus menjadi teladan, tetapi juga mampu memotivasi siswa untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu, guru juga perlu memberikan dukungan yang konsisten agar siswa dapat terus berkembang.
Nilai-nilai yang terkandung dalam semboyan Pratap Triloka, yaitu menjadi teladan, memotivasi, dan memberikan dukungan, sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan. Seorang guru yang menerapkan nilai-nilai ini akan mampu menciptakan lingkungan belajar yang positif dan inspiratif bagi siswa.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Keputusan yang kita ambil tidak hanya berdampak pada diri kita sendiri, tetapi juga pada orang lain dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, sangat penting untuk mempertimbangkan nilai-nilai tanggung jawab, keadilan, dan kebenaran dalam setiap pilihan yang kita buat. Keputusan yang diambil secara sembrono atau tidak berdasarkan fakta yang benar dapat menimbulkan konsekuensi yang merugikan bagi banyak pihak
Misalnya ketika seorang guru menilai siswa, ia harus mempertimbangkan nilai keadilan dan objektivitas. Jika seorang guru memberikan nilai yang tidak sesuai dengan prestasi siswa, hal ini dapat berdampak negatif pada motivasi belajar siswa, hubungan dengan guru, dan bahkan masa depannya.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.
Keselarasan antara model coaching TIRTA dan 9 langkah pengambilan keputusan menunjukkan bahwa coaching adalah sebuah proses yang terstruktur. Setiap langkah dalam coaching, dari identifikasi masalah hingga evaluasi hasil, sejalan dengan tahapan pengambilan keputusan yang efektif. Dengan mengikuti langkah-langkah ini, guru dan pendidik dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah dan membuat keputusan yang tepat
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengelola emosi secara efektif adalah prasyarat untuk pengambilan keputusan yang rasional dan bertanggung jawab. Hal ini sejalan dengan pengembangan kompetensi sosial-emosional yang mencakup kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, dan keterampilan berelasi serta dalam pengambilan keputusan.
Dengan memahami dan mengelola emosi, kita dapat membuat keputusan yang lebih objektif dan tepat. Hal ini karena kita tidak akan terjebak dalam penilaian yang bias akibat emosi negatif seperti marah, takut, atau sedih.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Melalui studi kasus, pendidik dapat belajar untuk menempatkan diri pada posisi orang lain (empati) dan membuat keputusan dengan pikiran yang jernih (mindfulness). Kombinasi kedua kemampuan ini memungkinkan pendidik untuk membedakan antara dilema etika dan bujukan moral, sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat dan bertanggung jawab.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Sembilan Langkah Pengambilan Keputusan Guru Penggerak dirancang untuk membantu guru dalam membuat keputusan yang efektif dan berdampak positif. Ketika diterapkan secara konsisten, langkah-langkah ini dapat berkontribusi secara signifikan dalam menciptakan lingkungan belajar yang ideal bagi peserta didik.
Dengan menerapkan 9 Langkah Pengambilan Keputusan ini secara konsisten, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif, aman, dan inspiratif bagi peserta didik. Setiap langkah dalam proses ini dirancang untuk mendorong guru agar berpikir kritis, kreatif, dan reflektif.
Mulai dari tahap awal pengumpulan data hingga tahap akhir evaluasi, guru diajak untuk selalu mempertimbangkan berbagai aspek yang relevan, termasuk kebutuhan peserta didik, tujuan pembelajaran, dan konteks sekolah.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Dalam pengambilan keputusan, saya seringkali dihadapkan pada dilema etika yang kompleks. Tiga prinsip utama, yaitu berpikir berbasis hasil akhir, berbasis peraturan, dan berbasis rasa peduli, seringkali menjadi pertimbangan. Pilihan prinsip yang tepat sangat bergantung pada situasi dan konteks yang sedang dihadapi.
Setiap keputusan yang saya ambil tentu memiliki risiko dan konsekuensi yang berbeda-beda. Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana memastikan bahwa semua pihak merasa puas dengan keputusan yang diambil.
Meskipun demikian, dengan mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan, saya berusaha untuk meminimalisir potensi konflik dan memastikan bahwa keputusan yang saya ambil dapat diterima oleh semua pihak yang terlibat.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengambilan keputusan dalam pengajaran memiliki dampak signifikan terhadap kemerdekaan belajar siswa. Dengan memahami kebutuhan dan potensi individu, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung. Penerapan pembelajaran berdiferensiasi, yang disesuaikan dengan kesiapan, minat, dan profil belajar siswa, merupakan salah satu strategi efektif untuk mencapai hal ini.
Metode pengajaran yang bervariasi dan berpusat pada siswa memungkinkan setiap individu untuk belajar dengan optimal dan mencapai potensi penuhnya. Dengan demikian, guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa membangun kepercayaan diri dan kemandirian dalam belajar
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap masa depan siswa. Salah satu aspek penting adalah dalam hal penilaian.
Keadilan dan objektivitas dalam memberikan penilaian sangat krusial, karena hasil penilaian ini akan menjadi penentu bagi langkah selanjutnya dalam kehidupan siswa, seperti penerimaan di perguruan tinggi.
Selain itu, penilaian yang akurat juga dapat memotivasi siswa untuk terus belajar dan berkembang.
Oleh karena itu, seorang pemimpin pembelajaran perlu memastikan bahwa sistem penilaian yang diterapkan tidak hanya adil, tetapi juga mampu mengukur kemampuan siswa secara komprehensif. Dengan demikian, siswa dapat memperoleh umpan balik yang konstruktif untuk meningkatkan kualitas belajar mereka.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Pada modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai -- Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin telah menunjukkan dengan jelas bagaimana pengambilan keputusan yang berlandaskan nilai-nilai kebajikan saling terkait erat dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Prinsip-prinsip dilema etika, filosofi Ki Hajar Dewantara, peran guru penggerak, dan budaya positif semuanya berkontribusi dalam membentuk kerangka berpikir seorang guru dalam mengambil keputusan. Nilai-nilai kebajikan universal, seperti tanggung jawab dan kepedulian terhadap siswa, menjadi dasar utama dalam pengambilan keputusan.
Nilai-nilai ini sejalan dengan filosofi Ki Hajar Dewantara yang mengutamakan pengembangan potensi siswa secara utuh. Dengan demikian, setiap keputusan yang diambil oleh seorang guru harus selalu berpihak pada kepentingan siswa.
Konsep pembelajaran berdiferensiasi merupakan salah satu contoh nyata dari penerapan nilai-nilai kebajikan dalam praktik pembelajaran. Dengan memahami kebutuhan dan gaya belajar masing-masing siswa, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung. Hal ini sejalan dengan prinsip budaya positif yang menekankan pada pentingnya menciptakan suasana kelas yang nyaman dan kondusif bagi semua siswa.
Pengambilan keputusan yang berbasis nilai-nilai kebajikan memiliki dampak yang signifikan terhadap hasil pembelajaran siswa. Ketika guru membuat keputusan yang tepat, siswa akan merasa lebih termotivasi, terlibat, dan berdaya dalam proses pembelajaran.
Hal ini pada akhirnya akan berdampak positif pada pencapaian tujuan pembelajaran dan perkembangan siswa secara keseluruhan.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Dilema etika dan bujukan moral
Dilema etika adalah suatu situasi di mana seseorang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama memiliki nilai moral yang kuat, namun saling bertentangan. Artinya, kedua pilihan tersebut secara moral dapat dibenarkan, tetapi seseorang hanya dapat memilih salah satu.
Sementara itu, bujukan moral merujuk pada situasi di mana pilihan yang harus diambil jelas-jelas salah satu benar dan salah satu lagi salah. Dalam situasi ini, tidak ada dilema karena pilihan yang benar sudah jelas.
Empat paradigma pengambilan keputusan
- Individu lawan kelompok (individual vs community)
- Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
- Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
- Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Tiga prinsip pengambilan keputusan
- Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
- Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
- Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Sembilan langkah pengambilan keputusan
- Mengenali nilai yang bertentangan
- Menentukan pihak yang terlibat
- Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi
- Pengujian benar atau salah
- Pengujian paradigma benar lawan benar
- Melakukan prinsip resolusi
- Investigasi opsi trilema
- Buat keputusan
- Lihat lagi keputusan dan refleksikan.
Hal yang diluar dugaan ternyata dalam proses pengambilan keputusan, kita perlu lebih cermat dalam mengidentifikasi jenis situasi yang dihadapi. Apakah kita sedang menghadapi dilema etika di mana kita harus memilih antara dua pilihan yang sama-sama baik secara moral, atau bujukan moral di mana pilihan yang benar sudah jelas? Pengujian terhadap jenis situasi ini sangat penting, sama halnya dengan langkah-langkah dalam sembilan langkah pengambilan keputusan.
Hal ini akan membantu kita membuat keputusan yang lebih tepat dan bertanggung jawab.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Pernah, Sebelumnya dalam pengambilan keputusan, saya hanya cenderung berpikir singkat dan mempertimbangkan dampak jangka pendek. Namun, setelah mempelajari Modul 3.1, saya menyadari bahwa proses pengambilan keputusan sebagai pendidik jauh lebih kompleks. Ternyata, sebelum mengambil keputusan, seorang pendidik perlu memahami paradigma dan prinsip dilema etika.
Selain itu, kita juga perlu melalui tahapan pengujian yang lebih sistematis, seperti yang dijelaskan dalam sembilan langkah pengambilan keputusan. Hal ini menunjukkan bahwa pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan pertimbangan yang lebih matang dan menyeluruh.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Melalui Modul 3.1, saya belajar untuk mengambil keputusan secara lebih reflektif dan sistematis. Saya kini dapat mengidentifikasi dilema etika, mengevaluasi berbagai pilihan secara mendalam, dan membuat keputusan yang sejalan dengan nilai-nilai etika dan prinsip-prinsip kepemimpinan yang baik
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Modul ini telah menjadi tonggak penting dalam pertumbuhan pribadi dan profesional saya. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang etika dan pengambilan keputusan, saya kini lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam peran kepemimpinan.
Saya mampu membuat keputusan yang lebih baik, yang tidak hanya menguntungkan diri sendiri tetapi juga orang-orang di sekitar saya.
Demikian yang bisa saya tulis dalam koneksi materi ini. Saya merasa sangat terbantu dengan materi modul 3.1. Namun, saya menyadari bahwa pembelajaran tidak berhenti di sini.
Saya ingin terus berdiskusi dan berkolaborasi dengan rekan-rekan sejawat untuk memperdalam pemahaman saya tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan. Saya percaya bahwa dengan saling belajar dan berbagi pengalaman, kita dapat bersama-sama menjadi pemimpin yang lebih baik dan menginspirasi.s
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H