Lihat ke Halaman Asli

Konsep dan Budaya Tangan di Atas: Manifestasi Akhlak Nabi dalam Mengatasi Kemiskinan

Diperbarui: 27 April 2024   06:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

attaqwafor.blogspot.com

Angka kemiskinan di Indonesia saat ini semakin meningkat. Pada September 2022, ditemukan 9,57% atau 26,36 juta orang hidup di bawah garis kemiskinan. Tingkat kemiskinan sedikit meningkat dibandingkan Maret 2022 (9,54%) meski masih ada di bawah tingkat kemiskinan September 2021 (9,71%). Garis kemiskinan meningkat sebesar 5,95 persen menjadi Rp535.547 pada September 2022 dari Rp505.468 pada Maret 2022.[1]

Data di atas hanyalah data yang miskin harta. Penulis pun mengambil data kemiskinan yang ada di Indonesia hanya sebagai contoh saja. Betapa banyak dan terus meningkatnya kemiskinan. Dari tahun ke tahun, kemiskinan terus meningkat meski itu hanya beberapa persen saja. Namun, penulis mengajak agar kata miskin dipandang menggunakan kacamata Islam. Islam memandang bahwa miskin itu ada dua; miskin harta dan miskin hati. Kedua hal tersebut memiliki keadaan yang berbeda meski seringkali menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Pertama, ada orang yang miskin harta, namun tidak miskin hati. Dirinya selalu bersemangat untuk menjadi pekerja keras dalam mencari harta dengan tetap menggantungkan diri kepada Allah swt. Meski dirinya tidak memiliki banyak harta, dia selalu ada harta untuk berinfaq, membayar pendidikan anaknya, ataupun belanja kebutuhan rumah tangganya. Di mata orang lain mungkin saja dirinya terlihat miskin secara harta, namun sebenarnya ia adalah orang kaya karena selalu berbagi dan memberi. Karena dia percaya bahwa rezeki sudah di atur oleh Allah swt.

....

"Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah-lah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu."[2]

...

"Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga (yang) luasnya (seperti) langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit,..."[3]

            Kedua, demikian halnya ada juga orang yang kaya hartanya, tetapi miskin hatinya. Meski banyak harta, dirinya merasa berat untuk memberi dan berbagi. Itu dikarenakan adanya ketakutan hartanya habis atau berkurang ketika dibagikan.

Ketiga, ada juga orang-orang sudah miskin harta, miskin juga hatinya. Selalu meminta-minta dan pelit memberi. Tangannya selalu di bawah. Jika diberi dia bahagia, namun jika tidak diberi dia murka. Padahal Nabi saw sudah mengingatkan:

"Bukanlah kaya itu yang banyak harta, tetapi kaya itu adalah yang kaya hatinya".[4]

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline