Lihat ke Halaman Asli

Memperjuangkan "Politik Allah" yang Pro-Perubahan dan Perbaikan

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Azab dan ujian Allah yang akhir-akhir ini sering menimpa bangsa kita dan seluruh dunia, yang merupakan satu paket Grand Scenario Allah ataukah ulah tangan-tangan manusia sendiri? Sebagai masyarakat beriman kita sepakat bahwa tak ada istilah "kebetulan" atas kejadian-kejadian itu, dan Allah tak akan menimpakan azab kepada orang-orang beriman,kecuali hanya cobaan demi cobaan, sampai kemudian manusia mengadakan introspeksi-diri (bertobat) hingga menjadi penyabar dan bijaksana.

Adapun bagi yang tidak tertimpa cobaan, tetaplah hal itu merupakan ujian baginya agar turut prihatin, berempati menolong dan menguatkan iman mereka. Sedangkan bagi yang punya kewenangan dan keahlian tertentu, diharuskan mengadakan penyelidikan di lapangan, serta diadakan penelitian ilmiah tentang apa yang menyebabkan terjadinya musibah-musibah itu, dan atas ulah perbuatan siapa? Pihak mana yang menyebabkan orang-orang bisa mati dan terbunuh? Proyek-proyek apa yang menimbulkan hutan-hutan semakin gundul, banjir, longsor dan seterusnya?

Lantas di posisi manakah seharusnya pemerintah berpihak: kepada yang dikorbankan ataukah justru yang mengorbankan? Dan ada benarnya bahwa setiap nasib berada di tangan Allah, tetapi yang ditugaskan Allah buat manusia (pihak berwenang) adalah menindak secara hukum, serta mengadili pihak-pihak yang bertanggungjawab atas rusaknya tatanan sistem, sebagai contoh pelajaran demi terciptanya perubahan dan perbaikan di masadepan.

Dengan itu sudah menjadi kewajiban pemimpin untuk memahami persoalan itu secara multidimensi, karena akan menjadi celaka bagi suatu bangsa bila pemimpinnya berpikir sepotong-sepotong, ketika di satu sisi ia menyuruh rakyat agar bersikap tabah dan sabar, namun di sisi lain ia kurang peka memahami, bahkan memihak proyek-proyek kaum penjajah (yang memang gemar menebar ketakutan), lantas memanfaatkan penderitaan rakyat dengan memborong produk-produk mahal yang memang telah mereka persiapkan sebelum musibah-musibah itu terjadi, hingga rakyat semakin terpuruk karena terkurasnya kas negara (untuk hal-hal yang kurang perlu, atau harga-harga yang dimanipulasi). Karena itu ada benarnya bila nasib suatu bangsa berada dalam takdir Allah, dan setiap yang berbuat jahat akan mendapatkan balasannya, tetapi berhati-hatilah dengan pola pikir semacam ini, karena selama rakyat kita di bawah naungan pemimpin yang tidak punya keberanian untuk mengadili pihak-pihak yang paling bertanggungjawab atas timbulnya kerusakan darat, laut dan udara, maka selama itu pula kata-kata "adil-makmur" hanya berfungsi sebatas reifikasi atau permainan bahasa, karena tindakan-tindakan kita masih belum mendekati kehendak dan cita-cita Allah Yang Maha Politis dan Maha Pencipta Perubahan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline