Lihat ke Halaman Asli

Muh Almubarak

Mulai dari awal

Pribadi yang Senantiasa Berharap

Diperbarui: 21 Desember 2020   09:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Apa itu harapan? Pertanyaan sederhana yang menggangu pikiran saya saat ini. Saya kayaknya dihidupkan oleh harapan-harapan atau narasi-narasi kemajuan yang saya konstruksi sendiri dalam diri, dari pengetahuan yang saya  miliki ada banyak modelnya. Jadi setiap orang pasti memiliki model harapannya sendiri-sendiri begitupun dengan saya memiliki model harapan yang berbeda dari yang lain.Namun saya lebih suka menyebut harapan itu dengan mimpi masa depan. Sebagaimana layaknya sebuah mimpi, ia ada hanya dalam bentuk konsepsi-konsepsi. Selanjutnya konsepsi ini yang saya tanamkan pada diri saya untuk menjadi bintang petunjuk dan menjadi kompas saat saya tersesat, sebagai arah langkah kemana harusnya kaki saya bergerak. Kaki dan tangan saya digerakkan oleh konsepsi itu.Mungkin saya adalah pengikut dari harapan-harapan saya sendiri. Budak dari harapan yang saya bangun. Dan tak pernah mau mengikuti harapan orang lain, karena yang ada nantinya  harapan orang lain menjadi harapan saya juga. Dan Jika harapan saya  nampak sama dengan harapan orang lain, itulah kuasa harapan orang lain yang juga kita harapkan atau sebaliknya.

Dan kemudian dalam membangun harapan itu atau yang saya sebut dengan bentuk usaha dalam membentuk atau mencapainya, saya senantiasa menanamkan rasa bahagia dari setiap tindakan yang saya ambil, sehingga apapun konsekuensi dari tindakan yang saya ambil dalam hal mencapai harapan itu bukan suatu hal yang membuat saya kecewa, tapi sekalipun kecewa itu ada atau timbul dari konsekuensi tindakan saya. Saya hanya memahami bahwa kecewa itu adalah kecewa yang saya dasari dengan rasa bahagia.
Selanjutnya tidak bisa kita pungkiri bahwa rasa putus asa itu bukan suatu hal yang mustahil muncul di setiap diri manusia melainkan sesuatu hal yang mungkin terjadi bahkan menjadi hal yang selalu saja ada menemani setiap dari perjalanan kita. Begitupun dengan saya, tidak menutup kemungkinan perasaan itu pada saatnya akan muncul pada diri saya, seperti perasaan keputusasaan biasanya muncul karena tidak adanya kesesuaian antara kondisi saat ini dengan espektasi ( harapan ) yang kita bangun dan masih banyak hal lainnya. Begitupun  yang terjadi sama saya banyak hal yang membuat kadang saya merasa putus asa, akan tetapi itu bukanlah hal yang membuat saya terpuruk pada perasaan keputusasaan saya sendiri, karena kembali lagi bahwa apapun yang menjadi halangan ataupun rintangan dan hasil yg muncul dalam mencapai harapan saya adalah sesuatu yang saya sandarkan pada rasa kebahagiaan.

Intisari,

Tentang harapan; jangan sampai terbelenggu oleh konsekuensi dari tindakan yang kita ambil tapi jadilah budak dari harapan yang kita bangun dengan konsisitensi yang kuat, kemudian berangkatlah dengan rasa bahagia di setiap tindakan yang kita ambil.
Tentang bahagia ini, penulis buku filsafat harmonisasi ( Alfit sair ) dengan apik ia menuliskan di dalam bukunya.
'Tentukan nilai bahagiamu, karena disitulah nilai hidupmu.
Ada yang bahagia dari derita orang lain, ada yang menderita demi bahagianya orang lain.
Ada yang hidup dari matinya orang lain, ada yang mati demi hidupnya orang lain.'

Sekian dan terimakasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline