Eh, weekend kalian gimana? Hari minggu ini kegiatan ane lumayan padat (karena sengaja dipadatin :D). Ini minggu kedua saya ke Universitas Brawijaya. Minggu lalu ketemu sama penulis favorit saya, mas Darwis Tere Liye, dan minggu tadi saya ikut seminar pendidikan Perancis (Perancis oh Perancis, bahasamu seksi sekali). Kegiatan tadi bukan cuma seminar saja, tapi ada juga booth yang jual beraneka ragam pakaian, sepatu, sendal, dan lain sebagainya. Ada bazar makanan juga. Mau makanan meksiko sampai Jepang ada. Tapi, tetap saja pilihan saya jatuh ke bakso. Maklum menghemat..hehehe.. #sikap. Oh iya, saya juga dapat pencuci muka gratis tuh. Lumayan lah, buat hemat pencuci muka mungkin selama 2 minggu.
Sebelum ke Brawijaya tadi, saya ke wisata pasar Minggu dulu. Ini adalah ritual aktivitas saya tiap minggu pagi. Jalan-jalan kesana di pagi hari itu menyejukkan sekali. Jalannya bersih, gak ada kendaraan, ada water tap, gratis, yang mengingatkan saya dulu waktu ke US *gak penting, jajanannya banyak, ada panggung hiburan, tempat kumpulnya komunitas-komunitas, dan masih banyak lagi hal-hal menarik lainnya. Ya, mungkin takes 15 menitan lah jalan kaki dari kontrakan saya. Pokoknya ini adalah aktivitas wajib, dari pada minggu pagi gak ngapa-ngapain di kamar, mending jalan-jalan kesana. Kali saja ketemu calon istri. #ehh #salahfokus
Waktu jalan-jalan di pasar tadi, saya tiba-tiba iseng cari ATM Danamon, karena saya mau narik uang. Disini, Danamon itu minoritas. Just in case saya butuh sesuatu, maka tadi saya berinisiatif untuk mencari bank nya juga. Lagipula menarik uang di bank lain kan akan dikenai charge, ya mungkin 5000an (ingat, dalam kehidupan berUbas, kita harus menghargai uang seberapapun kecilnya. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi pegunungan Himalaya). Kuambillah hand phone kece saya. Kece, karena panggilannya itu 'smart', smart phone. Saya aktifkan GPSnya, saya pake navigation dan mengetik ATM Danamon. Ternyata lokasinya itu gak terlalu jauh dari pasar minggu yang berlokasi di jl.Semeru. Belok dikit ke jl. Tangkuban Perahu, jalan sekitar 400 meter, terus sampe deh ke Jl. Kawi (thanks buat HPku yang kece yang telah membuat pernyataan: "malu bertanya sesat di jalan " menjadi tak relevan lagi).
Begitu saya masuk, wussshhhhh.... dingin. Ini sensasi yang biasa kita dapati ketika masuk ke ATM - ATM kan? Tapi tadi pagi itu saya baru kepikiran. Gini...
Secerdik-cerdiknya kita mengUbasi siapapun atau apapun tapi semua harus ada batas toleransinya. Seliberal-liberalnya orang, pasti ada batasan-batasan yang harus diikuti. Makanya kata "liberal itu perlu dikaji ulang" #salahfokuslagi. Saya itu berpikir, kok AC yang ada didalam ATM itu gak dimatikan saja ya? Kan orang-orang keperluannya cuma tarik uang semata. Paling cuma 2-5 menit, transaksiknya selesai kan? atau paling lama, let's say 15 menitan lah. Bagi saya, itu tidak terlalu urgent untuk membuang energi sebanyak itu. Bayangkan, 24 jam menyala seperti itu? gile aje... Atau at least, kenapa pihak bank tidak memakai AC yang otomatis nyala begitu ada orang masuk? kan sudah umum teknologi yang seperti itu. Alam pun perlu diperhatikan kelangsungannya. Ini baru satu ATM, baru satu bank, belum dari bank-bank lain yang ATMnya dimana-mana. Allah itu menciptakan sesuatu pasti ada gunanya. Tapi kita terlalu banyak menyalahgunakannya. Selalu saja manusia terlalu manja, bahkan untuk banyak hal-hal yang temeh.
Konservasi energi sangat penting tentu saja, karena telah terjadi banyak kerusakan akibat ulah manusia. Cobalah kita jalan-jalan ke supermarket seperti Hypermart atau Carrefour atau Giant. Contoh kecil saja, coba kunjungi bagian yang menjual makanan makanan yang bisa diolah secara instant seperti sosis, nugget, ikan, bakso atau apalah, silahkan dinamakan. Kemudian coba anda rasakan dinginnya. Sangat dingin bukan? Energi itu dari mana? Anda mungkin bertanya, terus bagaimana kalau tidak pakai pendingin? Jawaban saya: saya tak tahu persisnya. Lagipula banyak orang-orang pintar dibidangnya yang lebih bisa memikirkan solusi yang hemat guna. Tapi satu yang saya tahu pasti adalah itu semua untuk 'kita'. Kita, manusia, ya...kamu!
Andaikan kita, individu, mau merubah saja sedikit pola konsumtif yang semakin hari semakin eskalatif, maka kalau diakumulasikan, pasti akan menghasilkan efek penghematan yang luar biasa. Coba deh pikir, kita itu mau diUbasi lho. Semuanya dibuat semenarik mungkin, se eye-catchy mungkin. Buat kalian para penganut paham Ubaisme, seharusnya tidak boleh dan tidak mau larut dengan tarian para kapitalis. Coba jalan-jalan ke pasar-pasar. Pernah tidak kamu melihat stok baju atau celana yang habis? Atau stok assesoris, sepatu, sendal dst..dst.. BIG No No kan? Terus itu semua kemana? Ya ke kita lah. Pernah tidak anda melihat showroom mobil yang tidak bangkrut tidak memajang satupun mobil disana? Padahal kalau mau dipikir, mobil yang kita pakai barangkali staminanya masih sangat bagus. Cuma karena model baru saja. WOW!
Saya pernah mendapatkan sebuah hadist shaih yang kurang lebih potongan redaksinya begini: Hemat itu adalah sebagian dari dunia.... Sampai sekarang saya kurang tau bagaimana persisnya makna yang dimaksud. Tapi, come on, please deh.. Ini masalah buat Loe!!
FB: Muhalim Dijes / Twitter: @memetolicious / memetolicious.blogspot.com / ubaslifestyle.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H