Fenomena umum yang diri miliki tentang arti sebuah kesadaran adalah sebagai kemampuan diri dalam berpikir-bertindak-beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan norma sosial yang berlaku. Sehingga orientasi dari kesadaran adalah sebagai sebuah standarisasi nilai diri di mata manusia yang lain. Dan ketika diri dikatakan tidak sadar maka dianggap sebagai sebuah nilai negatif yang menjadikan diri terbuang di masyarakat dan mungkin dianggap awal proses menuju kematian dalam kehidupan.
Ketika diri hanya memiliki bekal pemahaman kesadaran hanya berhubungan dengan nilai diri secara sosial maka pada hakekatnya adalah sebuah ketidaktahuan diri akan jalan hidup yang seharusnya ditempuh di dunia ini. Bukan sebuah kesalahan akibat dari ketidaktahuan hakekat dari kesadaran, namun jika ini dibiarkan akan menjadikan aktivitas diri berbuat kerusakan dan pertumpahan darah yang bisa terjadi terhadap sesama manusia lain. Jika ini terus dipertahankan maka kesalahan akan terjadi manakala "kesadaran" dalam beraktivitas yang dimiliki bukan untuk kedamaian dan ketentraman dalam kehidupan di dunia ini.
Maka tugas diri seharusnya berusaha untuk selalu membangun kesadaran dalam mengarungi perjalanan kehidupan di dunia ini. Karena kesadaran adalah bagaikan "mata" untuk melihat dan "telinga" untuk mengenali arah perjalanan kehidupan di dunia ini. Dan ketika dua hal tersebut tidak dimiliki maka diri beraktivitas seperti diri manusia yang tak memiliki mata dan telinga yang mengakibat hidup berjalan kesana kemari bahkan sampai menerjang aturan dan pedoman perjalanan kehidupan manusia di dunia ini.
Namun tugas membangun sebuah kepemilikan kesadaran bukanlah hal yang mudah dan bahkan mungkin dianggap sebagai barang langka yang sulit dijumpai pada diri kita sekarang ini. Hal ini dikarenakan diri dalam kehidupan terjebak pada kondisi hidup yang dijalani sehingga mengakibatkan sering lalai atau terlena akibat himpitan kebutuhan. Orientasi yang demikian akibat dari diri tidak mengenal pada hakekat pemahaman yang membahas pada kesadaran diri sebagai manusia.
Who I am?
Who I am? adalah sebuah gambaran kehidupan diri yang hidup tanpa memiiki kesadaran. Namun hakekatnya dalam diri selalu mencari "something" yang mungkin dirasakan ada sesuatu yang bertentangan manakala melakukan sebuah aktivitas. Kesadaran yang terbenam dalam kubangan diri yang terdalam selalu menyeruak manakala diri dibentukarkan dengan hal yang tidak sejalan dan alami.
Benturan yang sering diri rasakan adalah sesuatu yang sebetulnya sebuah alarm diri atas tindak tanduk diri dalam kehidupan. Kematian hati atau terpenjaranya hati dari dominasi indra (pikir-rasa-keinginan) ternyata masih "terjaga dan murni" dan masih memberontak manakala diri berbuat kekeliruan. Namun apalah artinya pemberontakan manakala hati masih terpenjara dengan dominasi indra tersebut dan menjadikan kekeliruan tetaplah menjadi pilihan aktivitas diri.
Ibarat sebuah terpedaya pada kondisi mengakibatkan manipulasi perilaku untuk mencari nilai diri dilakukan dengan tidak semestinya. Sehingga aktivitas yang dilakukan adalah sebuah kekeliruan dan mengakibatkan kerugian bagi diri yang lain. Mungkin hal ini sering terjadi bahkan aktivitas harian pun di dominasi dengan hal-hal seperti ini.
Kesadaran akan hakekat diri yang sebenarnya tergadaikan oleh sesuatu yang tidak semestinya. Sudah hilangnya kesadaran diri dengan matinya hati menjadi diri seperti hidup dalam kebingungan. Bahkan kebingungan ini sering dimanfaatkan oleh diri manusia lain tanpa diri menyadari dan digunakan untuk mengorbankan orang yang lain juga.
Who I am? Sebuah pencarian identitas diri tergadaikan akibat dari ketidakpahaman dengan hakekat diri yang sesungguhnya. Langkah diri dalam mencari hakekat diri akan menemui banyak hambatan baik dari eksternal yang ingin kepentingan nya tidak gagal dan internal yang berupa dominasai pikir-perasaan-keinginan diri. Faktor internal dan eksternal ini terjadi akibat darii kepemilikan pemahaman yang mungkin keliru akibat dari ketidaktahuan atau kemalasan diri dalam belajar.
Belajar adalah tugas utama diri untuk menjawab "who am I ?". Namun belajar bukanlah sekedar untuk mendapatkan ilmu, akan tetapi untuk menemukan jati diri yang sesungguhnya sebagai manusia yang diciptakan dengan kesempurnaan cinta Sang Pencipta. Karena pemahaman ini akan menuju pada jalur kesadaran yang seharusnya dilewati dalam perjalanan diri dalam kehidupan di dunia ini.