Lihat ke Halaman Asli

Pakde Amin

Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Humor Sufi: Sejenak Bersama Jiwa

Diperbarui: 15 Juni 2023   07:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kehidupan sekarang yang dijalani diri kita mungkin dapat dikatakan lebih condong selalu mengutamakan unsur jasmaniah atau materialitas.  Hal ini dapat dibuktikan dengan segala ukuran yang ada dalam kehidupan diukur dengan hal-hal yang bersifat fisik.  Mulai dari pendapatan yang diukur dengan uang sampai mungkin kebahagiaan seseorang diukur dengan kepemilikan benda material yang dimilikinya.

Ibarat lelahnya badan mungkin dapat di obati dengan tidur dan ketika tidak dapat tidur maka usaha yang dilakukan adalah dengan minum obat tidur. Namun ketika indra (pikir-perasaan-keingingan-hati) terasa berat akibat beban yang ditanggung apakah mungkin dapat diobati dengan obat-obatan yang ada.  Dan kelelahan indra tersebutlah menjadikan diri tidak dapat berdiri secara sempurna dalam kehidupan ini sebagai hakekat manusia yang sesungguhnya.

Maka tidak heran dalam kehidupan ini banyak diri kita yang secara fisik sehat namun ternyata memiliki perilaku yang tidak sehat walaupun yang dilakukan adalah hal yang dipandang baik.  Karena ukuran kesehatan adalah ukuran fisik atau materi yang nampak saja.   Maka pantas lah diri dikatakan sebagai robot yang tak memiliki jiwa dalam kehidupan dikarenakan diri hidup hanya mengutamakan fisik belaka.  

Kondisi yang demikian akibat diri tidak pernah memiliki pemahaman yang membangkitkan kesadaran agar memandang kehidupan di dunia ini tidak hanya di dasarkan oleh logika material saja. Ukuran logika material ini sudah menjajah kehidupan seluruh manusia bahkan seorang berilmupun (menyiarkan ajaran) ketika melakukan syiar ajaran pun berhitung tentang reward dengan ukuran materi. Sebuah kebenaran yang diterima umum namun sebetulnya sebuah hal yang memiliki kesalahan fatal dalam tata kehidupan yang seharusnya.

Ketika hal ini betul-betul terjadi dalam kehidupan ini dapat dikatakan sudah masuk dalam perangkap yang menjadikan diri tersesat dalam ketidakseimbangan perjalanan hidup di dunia ini.  Perangkap materialitas yang mendarah daging dalam diri manusia menjadikan diri lupa pada hakekat unsur yang harus dimilikinya. Hal disebabkan diri jauh atau melupakan pemahaman yang seharusnya dimiliki untuk dimiliki akibat terlenanya dalam mencari ilmu yang dikembangkan oleh manusia untuk hidup di dunia.

Namun realita yang terjadi tidak pernah diri menyadari akan hal ini akibat kemalasan diri dalam belajar dan mungkin diakibatkan karena terlalu yakin bahwa ilmu yang sudah dimiliki akan membawa kepada keseimbangan kehidupan. Pemahaman yang selama ini terlalu fokus pada material yang hanya membangun pada sisi fisik manusia (badaniah) dan melupakan unsur pembangunan non fisik (Immaterial) dari diri manusia. 

Maka ibarat sebuah timbangan akan berat satu sisi dan sulit mencapai titik keseimbangan diri sebagai manusia.  Hilangnya satu sisi yaitu immaterial (non fisik) ibarat mematikan potensi dan benih kehidupan diri sebagai manusia yang sempurna.  Karena kesempurnaan diri akan tercapai manakala kehidupan selalu dalam titik keseimbangan antara fisik (material) dan non fisik (immaterial).  

Menumbuhkan kesadaran agar diri mampu menjalani hidup dengan benar dan dalam keseimbangan bukanlah perkara yang mudah akibat "mapan"nya ilmu pengetahuan yang berkembang sekarang.  Kemapanan ilmu tersebut sepertinya meng"asing"kan pengetahuan seharusnya menjadi rujukan untuk kehidupan.  Bahkan tidak jarang diri yang mengatakan "aneh" manakala menjumpai orang yang mengemukakan hal-hal yang benar.

Padahal akibat diri terlalu percaya dengan pengetahuan tersebut menjadikan diri semakin asing atau jauh dengan jiwa yang seharusnya melekat dengan fisik manusia.  Maka tak heran ketika hidup di dunia ini tak pernah menemukan jiwa sebagai manusia yang sesungguhnya.  Sebuah kerugian manakala diri dalam kondisi yang demikian ini.

Mengenali Jiwa Manusia

Manusia diciptakan dengan keseimbangan yang tinggi agar menjadi makhluk yang sempurna.  Karena merupakan sebuah keseimbangan maka terdiri dari dua sisi yaitu jasmani dan ruhani.  Kedua sisi ini harusnya tumbuh bersama secara seimbang manakala diri mampu menyadari dan memiliki atau mengenal pengetahuan yang benar agar mampu menjadi manusia yang sempurna.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline