Pemahaman diri mengenai makna membangun diri yang terbagi menjadi tiga bentuk pengetahuan yang dimiliki (pribadi yang mengetahui, pribadi yang mengerti, dan pribadi yang memahami) sering dianggap hal yang sama. Karena sering dianggap bahwa ketiga hal tersebut adalah sama yang tujuannya adalah menjadikan diri lebih baik dibandingkan dengan yang lain. Hal ini mengakibatkan terjadi sebuah penurunan kehidupan bahkan bisa menjadi sebuah malapetaka bagi kehidupan alam semesta.
Banyaknya fenomena terjadi sekarang ini tidak ada perbedaan yang mencolok antara orang yang berilmu dengan tidak berilmu dalam berkehidupan. Bahkan dapat dikatakan semakin tinggi ilmu yang dimiliki malah menjadikan diri semakin rakus dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Fenomena ini mengakibatkan banyak diri manusia yang rapuh dalam menghadapi kondisi yang dihadapi sehingga menjadikan diri mudah terseret atau tersesat dalam kecintaan pada kehidupan dunia.
Kecintaan diri pada materi yang berlebih karena jebakan hasrat dan keinginan yang tak terbendung menjadi sebuah "penyakit" dan bahkan mungkin menjadi ukuran kebahagiaan manusia. Hal ini menjadikan diri senantiasa dalam hidup disibukkan dengan rutinitas untuk mendapatkan imbalan materi untuk kepentingan kebutuhan dan tabungan agar memiliki nilai sosial yang tinggi di mata manusia lain. Maka hal ini sebetulnya merupakan sebuah kekeliruan manakala pemahaman ini juga menjadi pondasi pembangunan hidup diri kita dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
Kekeliruan ini terjadi akibat diri malas dalam baca dan belajar secara serius mengenai arah perjalanan yang dituju dan juga kemungkinan salah baca "buku" yang digunakan untuk pengembangan pemahaman kehidupan. Pribadi yang malas dan bahan yang salah menjadikan diri memiliki sebuah kebiasaan yang instan (tergesa-gesa) agar semua tujuan dapat segera dipenuhi atau diselesaikannya. Ibarat seperti sebuah kejar tayang dalam aktivitasnya untuk kepentingan memenuhi hasrat dan keinginan yang dimilikinya.
Masalah kemalasan dan masalah bahan adalah merupakan hal utama yang harus di pahami manakala diri ingin menjadi bangunan yang kuat. Karena bangunan yang kuat akan menjadikan diri menjadi diri yang tangguh dan kuat dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Namun bangunan diri akan kuat juga tergantung pada level pengetahuan diri tentang membangun menjadi manusia yang sempurna.
Bahan Membangun Diri
Membangun diri sebagai sebuah proses kehidupan setiap diri manusia. Maka dalam pemahaman umum sering mendengar bahwa proses tumbuh dari balita sampai dengan tua adalah sebagai sebuah bangunan manusia yang terbentuk selama kehidupan di dunia. Pemahaman tersebut tidak salah manakala diri berpijak dalam pengetahuan umum (bayi-anak-remaja-dewasa-tua). Sehingga tumbuh kembang diri manusia ukuran pertumbuhan pembangunan diri.
Tidak ada yang salah manakala diri memiliki rasa cinta terhadap kehidupan di dunia ini dan hidup seperti pemahaman yang ada. Namun cinta pada kehidupan di dunia harus didasarkan atas sebuah pemahaman bahwa aktivitas di dunia hanyalah sebagai sarana diri mengumpulkan bekal untuk perjalanan selanjutnya. Rasa cinta inilah sebetulnya sebuah proses membangun diri yang semuanya tergantung pada jenis bahan yang dimilikinya.
Sebagai modal untuk hidup Sang Pencipta memberikan bahan yang seharusnya dipahami yaitu hal-hal yang berhubungan antara fisik dan non fisik. Dengan kata lain bahan fisik adalah hubungannya dengan hal-hal yang bersifat kebutuhan dunia materi yang berhubungan dengan proses tumbuh pembentukan diri manusia sebagai makhluk duniawi. Maka bahan yang bersifat duniawi ini juga dimiliki oleh makhluk lain yaitu hewan.
Sedangkan unsur bahan non fisik adalah segala hal yang berhubungan dengan "kesempurnaan diri" sebagai makhluk yang memiliki tugas untuk hidup di dunia. Dan bahan inilah sebetulnya merupakan pembeda antara manusia dengan makhluk lain yang menaikkan derajat manusia sebagai makhluk yang bertugas dan disempurnakan.
Dua bahan tersebut dikatakan adalah: