Lihat ke Halaman Asli

Pakde Amin

Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Pelerai Kepedihan

Diperbarui: 21 Februari 2022   21:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pelerai Kepedihan

Tak mungkin hidup selalu dalam kesenangan
Tak mungkin hidup selalu dalam kepedihan
Kadang saat pedih diri baru ingat
Akan posisi diri yang hina

Dicaci dan dimaki hal yang biasa
Direndahkan bahkan diinjak-injak bagaikan kotoran
Tak pantas untuk berdampingan
Dengan manusia yang baru dalam jabatan

Jangan hilang harapan
Terdepak oleh sepakan mereka yang dulu sebagai teman
Jatuh diri tersungkur ke lembah putus asaan
Tawa sinis mereka selalu mengiringi derita

Jangan hilang harapan
Laksana diri hidup dalam penjara
Tak ada kebebasan untuk bersuara
Karena suara kita kalah dengan toa mereka

Jangan hilang harapan
Hidup sudah seperti penjara
Seperti hidup di ruangan yang kumuh dan pengap
Menunggu lara dan ajal menjemput diri kita

Jangan hilang harapan
Sang Raja masih berada di samping kita
Menunggu batas kesabaran diri manusia
Agar tak lelah dalam berusaha 

Ambil pedang "tebaslah" kepala
Karena itu adalah penjara yang sebenarnya
Terisi oleh rasa kepedihan dan ketakutan
Menjadikan diri hidup dalam lara dan nestapa

Kepedihan tak akan selamanya
Mungkin akan berubah menjadi renta
Karena sabar sudah menjadi jubah
Usaha sudah berubah menjadi nafas diri kita

Itu hanya sebatas ujian langkah hidup manusia
Menjadi kuat adalah harapan Sang Pencipta
Agar diri mampu mencari bekal
Menemui Sang Kekasih dengan ketangguhan

Kesadaran adalah obatnya
Kepedihan akan menjadi renta
Rapuh dan hancur karena kesabaran manusia
Terbangun dari pengetahuan dan keyakinan yang ada

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline