Lihat ke Halaman Asli

Pakde Amin

Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Humor Sufi: Aku Ingin Sehat?

Diperbarui: 20 Februari 2022   22:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sebuah potongan cerita mengawali dalam pembahasan tulisan ini.  "Diceritakan ada dua orang pengemis yang datang ke rumah seseorang.  Pengemis itu adalah yang satu sangat dicintai dan yang satu sangat dibenci oleh tuan rumah.  Ketika yang datang adalah pengemis yang dibenci maka tuan rumah akan dengan segera memberi sisa-sisa roti yang ada agar segera pergi dari rumahnya.  Namun ketika yang datang adalah pengemis yang dicintai maka tuan rumah akan meminta pengemis untuk menunggunya karena rotinya belum matang dan meminta untuk sabar menunggu agar mendapatkan roti yang baik dan enak".

Cerita tersebut memberikan sebuah respon kondisi bagaimana diri menghadapi sebuah fenomena yang dianggap sebagai sebuah hal yang baik (dicintai) atau hal yang kurang baik (dibenci).  Perbedaan sikap atau perilaku diri dalam menghadapi hal yang sama akan nampak dan memiliki makna yang berbeda yang mensikapi dan mengambil pelajaran atas hal yang dihadapi.  Demikian juga ketika diri menghadapi kondisi sakit sebagai sesuatu yang dibenci atau sesuatu yang dicintai.  

Kondisi sekarang ini baru ditengah pandemi Corona yang menyebabkan stagnasi kehidupan manusia.  Corana bagaikan "penjara" semua aktivitas kehidupan yang mengedepankan kebebasan dalam hidupnya.  Hal ini terjadi ketika diri kita hanya sekedar mengikuti apa yang "dilihat" dan "didengarkan" dari informasi yang ada.  Dan informasi inilah yang menjadikan batas-batas atau aturan-aturan yang menjadikan diri memiliki penjara dalam kehidupan bahkan sampai pada "ketakutan" yang melebihi nilai ketakutan yang sebetulnya.

Ketika ini menjadi pemahaman diri kita maka tidak heran cuma berharap agar diri selalu disehatkan dan terlepas dari masa pandemi ini tanpa memiliki makna dan manfaat  yang dapat diambil untuk bekal dalam kehidupan mendatang.  Maka hal yang dilakukan adalah usaha-usaha jasadiyah (material) dikorbankan.  

Disisi lain ada beberapa pihak yang menjadikan pandemi ini sebagai bahan untuk memperbaiki kualitas hidupnya dengan mencari resep "sehat" yang sesungguhnya.  Resep sehat ini merupakan sebuah bentuk pensikapan diri manusia dalam "melihat" dan "mendengar" atas peristiwa yang dijalani sekarang ini.     "Melihat" dan "mendengarkan" adalah bentuk introspeksi diri bukan secara jasadiyah (fisik) manusia namun merupakan bentuk mencari  makna yang dalam atas peristiwa yang menimpa manusia.  

Pencarian makna ini adalah menemukan hikmah mendalam atas fenomena yang sedang terjadi dengan melakukan pandangan dan pendengaran hakiki diri sebagai manusia.  Pandangan dan pendengaran hakiki akan dapat tercapai jika diri mampu melepaskan batasan sifat-sifat buruk dan baik dari  informasi yang diterima selama ini.  Bentuk pelepasan diri ini bukan berarti melepas semua infomasi yang sudah ada melainkan meng"off"kan informasi tersebut dengan usaha mencari informasi yang berasal dari sifat-sifat asli (pemahaman) yang berasal dari fitrah diri sebagai manusia.

Makna Sehat

Sehat merupakan barang mahal sekarang ini karena usaha manusia yang berpikir bahwa sehat adalah sesuatu yang harus dibiayai dengan materi.  Ketika keterbatasan diri hanya melihat sehat adalah bentuk fisik (jasadiyah) manusia maka hal ini akan dilakukan.  Namun realita bahwa aktivitas materi/fisik ini dilakukan tidak mampu menemukan kondisi sehat yang dicarinya.

Upaya diri sebagai manusia agar selalu sehat selalu terpenjara oleh pemahaman yang selama ini sudah menjadi pengetahuan yang bersifat general.  Sehingga upaya yang dilakukannya pun hanya sebatas bagaimana diri dapat tampil dengan bugar dalam menjalani sebuah aktivitas kehidupan ini.  Ketika ini terjadi dan kemudian ditanyakan pada diri kita sendiri apakah ini yang dikatakan sehat?  Karena banyak orang yang bugarpun sebetulnya tidak dalam kondisi yang sehat.

Ketika ditanyakan kepada seorang yang sakit, "Apakah yang kamu ingingkan sekarang ini?" Pasti mereka menjawab ingin sehat kembali agar diri bisa beraktivitas kembali seperti semula.  Namun ketika ditanya kembali, "Bagaimana bentuk dari kesehatan itu agar aku dapat memberimu kesehatan?"  Pasti akan dijawab bahwa sehat itu tidak memiliki bentuk  dan sehat tidak memiliki cara.  Cara cara seperti olah raga, diet, makan makanan yang sehat juga belum tentu membawa diri kita bisa menjadi sehat.  Jika demikian jadi apa itu sehat?.

Ketika diri tidak dapat memahami arti dari sehat itu sendiri maka diri harus kembali pada alur pemikiran diri sebagai seorang manusia.  Karena ketika kembali pada pemikiran atau pengetahuan yang sebenarnya maka di situlah akan menemukan makna dari sehat untuk seorang manusia.  Pengetahuan dan pemahaman yang selama ini sudah menjadi penjara dari pemahaman sehat ternyata tidak mampu mendefinisikan bentuk sehat itu sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline