Lihat ke Halaman Asli

Pakde Amin

Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Humor Sufi: Hidup Ini Apa yang Kau Cari Nak? (Beban/Bekal)

Diperbarui: 8 Desember 2021   20:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Alam semesta adalah sebuah wadah kehidupan diri manusia.  Tugas manusia adalah mengelola alam semesta ini untuk tujuan mencari bekal.  Walaupun setiap diri manusia sebelum lahir di muka ini sudah diberikan bekal oleh Sang Pencipta.  Namun realita dalam kehidupan banyak yang keliru di dalam menafsirkan bekal dan malah dalam hidup di dunia ini yang dicari adalah beban.  

Sebuah kerugian jika ini memang terjadi pada diri kita.  Banyak diri yang mengaku sudah tamat dalam baca dan sekolahnya namun mengartikan bekal kehidupan adalah beban yang harus di tanggung.  Ketika ini terjadi maka hidup laksana akan mencari zona nyaman agar semua kebutuhan untuk hidup dapat tercukupinya. 

Ide tulisan yang muncul dari diri dari melihat fenomena yang ada dan mungkin juga banyak dijumpai.  Namun fenomena tersebut mungkin hanya sekilas mampir di benak pikir diri kita tanpa mau membahas lebih dalam untuk pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. 

Fenomena tersebut adalah seringnya kita melihat suatu hal yang sebetulnya menurut nalar pikir bukan hal yang bisa diterima dengan logika material.  Logika material mengatakan berat sebuah benda tergantung pada massa benda tersebut. Sehingga semakin berat maka orang akan mengangkatnya semakin susah/sulit.

Namun hukum materialisme tersebut tidak berlaku ketika diri mengangkat sebuah jenazah yang akan dibawa ke pemakaman.  Banyak bukti orang yang mati dalam kondisi kurus kering namun kenyataannya diangkat sangatlah terasa berat, bahkan terasa 10 kali lipat dari berat badannya yang asli.  Tapi kebalikannya ada orang mati dalam kondisi yang gemuk namun terasa ringan bahkan diangkatpun untuk di hantarkan ke pemakaman terasa sangatlah ringan bahkan seperti terbang.

Fenomena ini banyak terjadi dan dirasakan oleh mereka yang mengangkat jenazah tersebut.  Namun hanya sekedar fenomena dan tak pernah mau membahas karena mungkin hal yang tabu kalau dibahas karena ini menyangkut nama baik sang mayat tersebut.  Hal ini bukan berarti di diamkan, diri membahas untuk instropeksi dan mawas diri terhadap kehidupan yang sekarang ini masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki jika memang selama ini salah dalam menafsirkan perjalanan hidup kita.

Mati Bawa Apa?

Sebuah pertanyaan yang mudah diucapkan oleh setiap manusia namun sekedar hanya sebuah pertanyaan mudah dan dijawabpun dengan jawaban yang seenaknya.  Bahkan jawaban yang adapun tidak bisa menjelaskan hakekat tujuan hidup diri kita sesungguhnya.  Hal ini kemungkinan diri tidak paham atau menganggap jawaban ini sudah tidak perlu dijawab karena pasti sudah punya bekal.

Ironis sebetulnya ketika diri hanya menjawab seperlunya atas hal itu.  Bukan tergelitik hati kita ataupun selalu sedih jika mendengar pertanyaan itu.  Kemungkinan hal ini karena diri tidak memiliki pemahaman yang cukup untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Ketika diri mau mencari jawaban tersebut seharusnya diri merenung dan memikirkan apa yang hendak kita bawa untuk mati.  Apakah hanya sekedar "kebaikan/pahala" yang mungkin dirasa sudah dikumpulkan dengan banyak? Apakah itu cukup untuk membuktikan bahwa yang kita lakukan adalah sebuah "kebaikan/pahala" yang selama ini diri perbuat?

Realita yang diri cari selama dalam aktivitas kehidupan memang mungkin sebuah kebaikan namun apa hanya seperti itu yang diperlukan untuk dibawa mati. Padahal selama ini kebaikan yang kita perbuat belum menunjukkan sebuah hakekat kebaikan karena masih memiliki sebuah pamrih dan malah mendominasi tujuan dari kebaikan itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline